Breaking News:

Wisata Flores - Selain Wae Rebo, Inilah Kampung Adat Wologai yang Punya Rumah Kerucut di NTT

Pulau Komodo, atau Gunung dan Danau Kelimutu, atau atau surganya snorkeling dan diving?

Editor: Sinta Agustina
mongabay.co.id
Kampung Adat Wologai 

TRIBUNTRAVEL.COM - Apa yang pertama kali terlintas di otak saat mendengar kata “Flores”?

Pulau Komodo, atau Gunung dan Danau Kelimutu, atau atau surganya snorkeling dan diving?

Nah, ternyata di Flores juga ada kampung adat lho.

Jika berkunjung ke Flores, jangan lupa mampir ke Kampung Adat Wologai.

Terletak sekitar 37 kilometer ke arah timur kota Ende, Wologai merupakan salah satu kampung adat yang masih ada di Flores.

Kampung ini diperkirakan berusia 800 tahun.

Di kampung itu terdapat 18 rumah adat, 5 rumah suku, dan 1 rumah besar.

Rumah adat digunakan untuk tempat tinggal.

Rumah Suku digunakan sebagai tempat penyimpanan benda pusaka, sedangkan rumah besar digunakan untuk melakukan ritual adat.

Semua rumahnya berjenis rumah panggung.

2 dari 3 halaman

Rumah adat ini dibangun melingkar dan memiliki 3 tingkat.

Semakin ke atas maka semakin sempit karena rumah ini berbentuk seperti kerucut.

Rumah ini terbuat dari kayu yang didirikan di atas 16 batu ceper untuk dijadikan tiang dasar dan atapnya terbuat dari ijuk.

Biasanya panjang rumahnya mencapai 7 meter dengan lebar 5 meter dan tinggi 4 meter.

Rumah-rumah adat di Wologai dibangun mengelilingi Tubu Kanga, pelataran untuk ritual.

Di tengah-tengah pelataran ini, terdapat batu berbentuk ceper yang dipagari dengan bambu.

Batu ini digunakan untuk meletakkan persembahan bagi leluhur.

Batu ini juga tidak boleh disentuh oleh orang yang bukan penduduk asli.

Konon katanya, cuaca buruk atau badai akan datang kalau pengunjung menyentuh batu itu.

Di Kampung Adat Wologai ini ada dua ritual besar, yaitu ritual panen yang disebut Keti Uta dan ritual tumbuk padi yang disebut Ta’u Nggua.

3 dari 3 halaman

Ritual Keti Utai dilakukan pada bulan April saat masa panen padi, jagung, dan kacang-kacangan.

Sedangkan Ta’u Nggua dilakukan pada bulan September.

Selama 7 hari, warga tidak menjalankan aktivitasnya, sama seperti umat Hindu yang sedang melakukan upacara Nyepi.

Puncak ritual Ta’u Nggua adalah Gawi, yaitu masyarakat menari bersama di sekeliling Tubu Kanga.

Berita ini telah dimuat di Bobo.id dengan judul Berkunjung ke Kampung Adat Wologai di Flores, Yuk!

Selanjutnya
Tags:
FloresEnde Silfester Matutina Danau Tiwusora Alu Ndene
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved