TRIBUNTRAVEL.COM - Apa jadinya jika rujak petis digabung dengan soto? Tentunya ada sensasi rasa tersendiri.
Ini yang disajikan Warung Rujak Soto dengan menu Rujak Soto yang menggoda lidah penikmat kuliner.
Pemilik warung yang berlokasi di Jl Wiguna Timur ini, Yanuar Winoto menjelaskan, menu Rujak Soto sebenarnya berasal dari Madura.
Mertuanya, yang kebetulan dari Kangean, sangat paham dengan menu masakan ini, dan mengajarkan padanya bagaimana membuat menu yang cukup unik di lidah orang Surabaya ini.
“Mertua saya sempat merantau hingga ke Jember dan Banyuwangi. Di bumi Blambangan juga ada saudara, sehingga ibu sering bolak balik ke sana. Rupanya di Banyuwangi juga ada menu ini dan ibu akhirnya tahu bagaimana membuatnya,” tuturnya.
Sesuai dengan namanya, Rujak Soto ini perpaduan dari menu rujak petis dan soto daging.
Rujak yang dipakai pada menu ini mirip dengan rujak cingur yang akrab di lidah orang Surabaya, yakni menggunakan bahan petis, kacang tanah, dan pisang kluthuk sebagai bumbunya.
Bahan sayurannya kacang panjang, kecambah, timun, tahu dan tempe.
Bahan ini dibaluri bumbu rujak itu. Setelah itu, baru diberi kuah soto plus daging dan jerohan di atasnya.
“Yang membedakan dengan soto daging konvensional adalah tanpa koya dan jeruk nipis,” ujarnya.
Tampilan rujak soto ini berwarna coklat dan kuning karena ada petis serta kuah soto.
Meski menu ini berasal dari Madura, namun dia menyediakan dua varian menu, yakni Rujak Soto Madura dan Rujak Soto Banyuwangi.
Dipatok harga Rp 15 ribu per porsi, ada perbedaan bahan dan citarasa pada dua varian itu.
Untuk Rujak Soto Madura, petis yang dipakai dari ikan cakalang, sehingga rasanya lebih nendang.
Makanya, dia tak memberi pisang kluthuk agar citarasa penikmat menu itu tak terlalu berat.
Sedangkan Rujak Soto Banyuwangi, petis yang dipakai dari udang dan diberi pisang kluthuk sehingga rasanya lebih manis.
“Ada sensasi x ketika petis diberi pisang kluthuk. Seperti ada sedikit sepat tapi gurih,” terangnya.
Adanya menu Rujak Soto ini rupanya diapresiasi positif dari penikmat kuliner di Surabaya.
Seperti penjelasan Wendy (22), warga Wiguna Timur yang beberapa kali datang ke warung itu.
Dia sudah mencoba Rujak Soto Madura dan Banyuwangi.
Dari dua varian itu, dia sangat menyukai Rujak Soto Madura, karena citarasanya lebih asin dan gurih.
“Saya merasa menunya enak dan pas di lidah. Rasa menunya mirip tahu campur,” katanya.
Hal senada juga diutarakan Andik (50), warga Medokan Sawah. Dia juga sudah mencoba menu ini dua kali.
Karena dinilai enak, dia lalu membawa keluarganya ke warung itu untuk menikmati menu masakan itu.
“Citarasanya memang berbeda, karena paduan rujak dan soto. Selain ada sensasi asin, juga ada gurih dan sedikit manis. Ini cocok dimakan dengan lontong,” pungkasnya.
Warung ini memang menyajikan Rujak Soto sebagai menu utama, serta menu lainnya seperti nasi campur dan ayam lalapan, serta minuman ringan seperti es teh.
Warung ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB.
Jangan Lupa Lontong
Mengusung menu Rujak Soto, citarasa khas dari menu ini tak lengkap jika tak pakai lontong.
Makanya, Warung Rujak Soto ini selalu menyiapkan 35-40 bungkus lontong setiap hari.
Pemilik Warung Rujak Soto, Yanuar Winoto mengakui, konsumen memang lebih suka menyantap Rujak Soto dengan lontong, daripada dengan nasi.
“Yang cocok makan dengan lontong. Ada juga konsumen yang minta pakai nasi, tapi hanya sedikit,” ujarnya.
Citarasa rujak soto yang cocok berpadu dengan lontong, membuatnya harus menyediakan lontong dalam jumlah banyak.
Paling tidak ada 40 bungkus lontong yang disiapkan.
Selama hampir tiga bulan dibuka, lontong yang disediakan hampir selalu habis tiap harinya.
“Terutama pada siang hari, banyak konsumen yang datang. Memang, menu ini lebih cocok untuk makan siang. Setelah lontong habis, biasanya warung kami tutup,” pungkasnya.
Berita ini telah dimuat di Surya dengan judul Rujak Berpadu dengan Soto, Ada 'Sensasi X' saat Mencicipi Rasanya. . .