Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Indonesia memang dikenal dengan keragaman budayanya.
Ada ratusan suku yang ada di dalamnya.
Sebagian dari mereka sudah dapat berbaur dengan masyarakat modern.
Namun beberapa di antaranya masih mempertahankan tradisi lama.
Seperti yang dilakukan satu suku terkenal di Kalimantan ini.
Meski mereka tinggal di Indonesia, namun suku ini justru memiliki peraturan dan hukum tersendiri.
Dilansir TribunTravel.com dari laman welove-indonesia.com, Dayak merupakan satu suku yang paling dominan di Kalimantan.
Mereka mendiami hutan-hutan liar dan sungai-sungai tak berujung.
Keunikannya terletak pada tato yang menghiasi tubuh dan anting-anting yang membuat telinganya menjadi super panjang.
Mereka tinggal di rumah-rumah besar yang di dalamnya terdapat lebih dari 50 anggota keluarga.
Meski mereka tinggal di Indonesia, suku ini hidup dengan aturan alam dan melestarikan nilai-nilai kuno tradisional.
Tak banyak yang tahu dari mana suku asli Borneo ini berasal.
Legenda setempat mengatakan, suku ini turun dari langit.
Alasan inilah yang menyulitkan identifikasi suku Dayak.
Kesulitan lainnya terletak pada keragaman sub kelompok etnis dari Suku Dayak dan bahasa yang mereka gunakan.
Namun satu hal yang pasti, mereka dapat digolongkan sebagai orang-orang non melayu dan merupakan penduduk asli Kalimantan.
Suku Dayak sendiri terdiri atas tujuh kelompok yakni Ngaju, Klemantan, Punan, Apau Kayan, Iban, Murut, dan Ot Danum.
Pembagian ini didasarkan pada bahasa dalam setiap kelompok dan semua bahasa yang mereka gunakan seperti golongan Austronesia.
Awalnya suku ini dikenal sangat berbahaya.
Satu tradisi yang menunjukkan kengerian suku dayak terjadi bila ada anggota yang meninggal.
Dalam tradisi berkabung, prajurit harus menyelesaikan ritual dengan membawa kepala manusia.
Caranya dengan perkelahian atau perang,
Kebiasaan memenggal kepala juga berkaitan dengan kesuburan tanah dan penyembuhan.
Tak cuma itu saja, tradisi membawa kepala manusia juga dilakukan bagi mereka uang hendak menikah.

Kepala dianggap sebagai simbol dari keluarga, perlindungan tanah dan sebagai mas kawin.
Ini alasan mengapa bila ada satu keluarga yang memiliki banyak kepala manusia berarti mereka dihormati.
Beruntung, pada abad ke-19, tradisi ini mulai ditinggalkan di bawah pengaruh Pemerintah Kolonial Belanda.
Kini suku Dayak yang dikenal akan kengeriannya berubah menjadi ramah terutama terhadap turis.
Mereka sering mengadakan berbagai acara sambutan kepada turis yang datang ke daerahnya.