Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Siapa yang tak mengenal kampung yang satu ini.
Namanya sering muncul di pemberitaan saat memasuki musim hujan.
Mulai dari luapan sungai, banjir sampai penumpukan sampah.
Dilansir TribunTravel.com dari laman indoindians.com, nama kampung Katulampa yang berlokasi di tepi sungai Kali Ciliwung selalu identik dengan perkampungan yang kumuh.
Dulu kampung ini terlihat kotor, bau dan penuh sampah berserakan.
Bahkan pemberitaan yang muncul hanya seputar banjir dan sampah.
Namun dalam satu tahun terakhir, Katulampa mulai melakukan perubahan besar.
Mereka ingin merombak kampung yang kumuh menjadi sesuatu yang lebih menarik dan dikunjungi banyak wisatawan setiap harinya.
Mulailah mereka mengecat bagian dinding dan atap dengan mural berwarna-warni.
Tak cuma itu saja, masyarakat juga mulai membersihkan kampungnya menjadi lebih baik serta melakukan pembenahan pada air sungai agar lebih bersih lagi.
Pembenahan yang dilakukan di Kampung Katulampa ini membuatnya mirip seperti Kampung Warna-warni Jodipan, Malang, Jawa Timur.
Setelah perubahan besar yang dilakukan, kini desa ramai dikunjungi wisatawan.
Sebagian dari pengunjung yang datang adalah keluarga yang membawa anak-anak untuk bermain di sungai Katulampa.
Anak-anak yang berusia antara 2-5 tahun ini biasanya bermain di sungai yang lebih dangkal.
Sedang mereka yang sudah remaja atau dewasa memilih bermain ban sembari berenang menantang arus.
Pada pinggiran sungai disediakan beberapa toilet umum yang dapat digunakan pengunjung untuk membersihkan diri setelah bermain di sungai.
Ada juga stan di mana mereka dapat menyewa ban untuk berenang.
Bagi wisatawan yang tidak berenang, biasanya mereka memilih berkeliling desa sembari mengambil foto di dekat mural berwarna-warni.
Selain ban untuk bermain air, warga Katulampa juga menyediakan sebuah arena di mana pengunjung dapat bermain permainan tradisional Indonesia seperti Egrang, Congklak, atau Gobak Sodor.
Ada juga perpustakaan mini di mana pengunjung dapat berhenti dan membaca buku.
Semua fasilitas ini dapat digunakan secara gratis.
Ketua Pemuda Kampung atau kepala organisasi pemuda Katulampa menyatakan Kampung Warna Warni ini dirancang sejak 2016.
Tak seperti kawasan lain yang biasanya dibiayai Pemerintah, mereka melakukannya atas sendiri.
Cat-cat yang digunakan juga dibeli dengan biaya dari masyarakat Katulampa.
Mereka sadar jika menjaga kebersihan desa dapat menciptakan perubahan besar di masa depan.