Breaking News:

Pembalut Sampai Kantong Teh, 6 Penemuan Perang Dunia 1 yang Masih Dipakai Hingga Kini

Dilansir TribunTravel.com dari thevintahenews.com berikut 6 penemuan Perang Dunia 1 yang masih digunakan.

thevintagenews.com
Peninggalan Perang Dunia I 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum

TRIBUNTRAVEL.COM - Guys, tahukah kamu jika Perang Dunia I tak cuma menyisakan kengerian dan trauma mendalam bagi masyarakat dunia.

Tapi juga penemuan yang sangat menakjubkan.

Penemuan yang mereka ciptakan ini bahkan masih dipakai sampai sekarang.

Dilansir TribunTravel.com dari thevintahenews.com berikut 6 penemuan Perang Dunia 1 yang masih digunakan.

1. Lampu Matahari

(thevintagenews.com)

Saat perang Dunia 1 banyak anak-anak Jerman yang jatuh sakit karena kekurangan gizi dan rakhitis, akibat dari kekurangan vitamin D.

Makanan yang langka selama perang dan keterpurukan ekonomi menjadi alasannya.

Apalagi banyak dari mereka yang bersembunyi di rumah-rumah dan ruang bawah tanah untuk bisa selamat dari perang.

Akibatnya tulang anak-anak ini menjadi lembut dan mengalami perubahan.

2 dari 4 halaman

Kondisi yang sangat memprihatinkan ini membuat Dr Kurt Huldschinsky memutuskan untuk menempatkan pasien di bawah lampu merkuri kuarsa yang menggunakan sinar ultraviolet.

Setelah beberapa saat, dia mulai memperhatikan tulang anak-anak tumbuh lebih kuat.

Pada Mei 1919, sekitar enam bulan ke perawatan,dia sudah bisa melihat anak-anak duduk di bawah sinar matahari selama beberapa jam di siang hari.

Percobaan ini sukses dan tersebar di Jerman serta Eropa.

Dalam hal ini, dokter menyadari kebutuhan akan sinar matahari dalam membantu tubuh menyerap vitamin D.

2. Sosis vegetarian

(thevintagenews.com)

Pilihan makanan sangat terbatas selama perang, dan kelaparan sudah menjadi hal yang umum bagi banyak penduduk Jerman.

Konrad Adenauer, walikota Cologne selama perang, datang dengan jenis roti baru yang terbuat dari tepung beras, barley, dan tepung jagung.

Setelah uji coba lagi, dia menemukan kedelai bisa mengimbangi kekurangan daging.

Dan mulai menciptakan sosis vegetarian dimana dia mengganti daging dengan kedelai.

3 dari 4 halaman

Jerman tidak mengeluarkan paten karena secara teknis mereka tak menganggapnya sosis, tetapi pada Juni 1918, Raja George V dari Inggris mengeluarkan paten.

3. Kantong teh

(thevintagenews.com)

Pada awal abad 20, teh dikemas dalam kotak kayu yang berat.

Untuk menghemat biaya, Penjual teh asal Amerika Serikat, Thomas Sullivan mulai mengemas teh dalam kantong sutra kecil pada tahun 1908.

Konsumen yang tak tahu kegunaan kantung sutera itu hanya membenamkannya ke dalam teko yang berisi air panas.

Dalam beberapa menit saja, air berubah menjadi kecoklatan dan sejak saat itu kantung teh banyak digunakan.

4. Resleting

(thevintagenews.com)

Resleting sebenarnya ditemukan pada 1860-an, tetapi penggunaanya bukan sebagai bagian dari fashion.

Namun kemudian, Militer Amerika Serikat mulai menggunakannya sebagai perangkat tambahan pada seragam dan sepatu botnya.

Penggunaan pada seragam itu mulai menarik perhatian desainer pakaian sipil dan menjadikannya bagian dari fashion.

4 dari 4 halaman

5. Besi Bahan Karat

(thevintagenews.com)

Selama perang, militer Inggris sedang mencari logam senjata yang bisa menahan panas dari pembakaran diulang.

Harry Brearley dari Sheffield mulai bereksperimen dengan menambahkan unsur-unsur yang berbeda untuk baja.

Dengan iklim lembab Inggris, tidak butuh waktu lama baginya untuk menyadari jika logam yang dihasilkan dengan menambahkan kromium membuatnya tahan karat.

Tanpa disadari Brearley telah menemukan stainless steel.

Dalam perang, bahan itu digunakan dalam mesin pesawat karena itu jauh lebih ringan dari baja normal.

Setelah perang, besi anti karat itu menjadi komoditas yang digunakan untuk sendok garpu, peralatan medis, perhiasan, dan peralatan masak.

6. Pembalut

(thevintagenews.com)

Ketika kepala penelitian Kimberly-Clark, Ernst Mahler, dan wakil presiden perusahaan kertas,James Kimberly melakukan penelitian, mereka menemukan bahan yang lebih cepat penyerap dan lebih murah daripada kapas.

Para pria membawa bahan ini kembali ke Amerika Serikat dan mematenkannya sebagai Cellucotton.

Ketika Amerika Serikat memasuki perang pada tahun 1917, materi itu digunakan sebagai perban untuk laki-laki.

Para perawat pun yang sering merawat tentara perang mengetahui jika Cellucotton punya fungsi lain.

Mereka menggunakannya sebagai pembalut.

Setelah perang, Kimberly-Clark, penemu Cellucotton ini mempelajari penemuannya dan kegunaannya pada wanita.

Setelah dua tahun penelitian, pembalut diperkenalkan pada tahun 1920 sebagai Kotex.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Perang Dunia IEropaJerman Yann Sommer
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved