Breaking News:

Tingkatkan Potensi Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia, Begini Cara yang Dilakukan Indonesia

Berbagai masalah di Indonesia menghambat pengembangan industri pariwisata halal.

Ira Rachmawati / Kompas.com / Banyuwangi
Wisatawan asing sedang menikmati Pantai Kuta Lombok. Lombok menjadi destinasi World Best Halal Tourism dan World Best Halal Honeymoon pada kompetisi dunia The World Halal Travel Summit/Exhbition pada 2015 lalu. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Berbagai masalah di Indonesia menghambat pengembangan industri pariwisata halal.

Sebut saja tentang sertifikasi halal untuk restoran.

Menteri Pariwisata Arief Yahya pun selalu berulang kali menyebutkan permasalahan terkait sertifikasi halal baik dalam forum resmi maupun perbincangan dengan wartawan.

Salah satunya ketika acara "Launch GMTI 2017 #220by2020" di Jakarta, Rabu (3/5/2017).

"Kelemahan Indonesia itu sudah merasa halal. Kita (Indonesia) merasa tak harus disertifikasi. Padahal customer mau itu (sertifikasi)," kata Arief dalam sambutannya.

Di sisi lain, Arief bersikukuh untuk membawa Indonesia ke level yang lebih tinggi dalam hal wisata halal.

Ia menargetkan Indonesia bisa menduduki peringkat pertama pada Global Muslim Travel Index pada tahun 2018.

Lalu, hal apa yang mesti dilakukan oleh Indonesia agar bisa menjadi yang terbaik di kancah wisata halal dunia? 

Arief menginstruksikan kepada pelaku industri untuk agar memakai standar global.

Menurutnya, standar global akan meningkatkan daya saing industri secara internasional.

 


Senja di Pulau Panjang, Aceh Singkil
Senja di Pulau Panjang, Aceh Singkil (Sendy Aditya Saputra)
2 dari 2 halaman

Chief Executive Officer CrescentRating & HalalTrip, Fazal Bahardeen salah satunya menekankan pada proses komunikasi antara pelaku industri dan wisatawan.

Ia menyebut pelaku industri mesti menjelaskan tentang makanan halal. 

"Saya rasa secara keseluruhan halal food communication. Jadi display mana halal dan non halal kepada pengunjung," jelasnya.

Ia juga menyarankan Indonesia agar memperkuat konektivitas udara secara langsung dari negara-negara asal wisatawan Muslim.

Kemudian, Fazal juga menyarankan agar Indonesia membuat kesadaran bersama secara internal dan eksternal.

"Internal untuk memastikan pelaku industri pariwisata, pasar wisatawan Muslim itu adalah pasar yang besar. Itu bukan pasar wisata agama tapi halal market. Lebih ke gaya hidup. Kemudian, komunikasi ke dunia luar," jelas Fazal seusai acara.




Ayam pop di Restoran Family Benyeng Indah, Bukittinggi.
Ayam pop di Restoran Family Benyeng Indah, Bukittinggi. (Kompas.com/Andreas Lukas Altobeli)

Berdasarkan studi Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2016, total jumlah wisatawan Muslim dunia mencapai 117 juta pada 2015. 

Jumlah itu diperkirakan terus bertambah hingga mencapai 168 juta wisatawan pada 2020 dengan pengeluaran di atas 200 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,6 triliun.

Potensi wisata halal sendiri diperkirakan akan terus tumbuh.

Fazal memprediksi bahwa pada tahun 2020, jumlah wisatawan akan tumbuh menjadi 156 juta turis dengan pengeluaran mencapai 220 miliar dollar AS. (Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo)

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
JakartaIndonesiaArief Yahya
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved