Laporan Wartawan Tribum Medan, Silfa Humairah
TRIBUNTRAVEL.COM - Kellie's Castle yang berada di Jalan Batu Gadjah, Ipoh, Malaysia, merupakan bangunan megah berarsitektur ala kerajaan Inggris.
Istana ini telah berumur lebih dari seabad, namun dari luar masih tampak berdiri kokoh.
Tiket masuk hanya 10 ringgit atau Rp 30 ribuan untuk turis dan 5 ringgit atau Rp 15 ribuan untuk warga negara Malaysia.
Adalah William Kellie Smith, salah satu pemuda berumur 20 tahun yang merantau ke negeri Malaysia.
Pemuda kelahiran Dallas, Morray Firth, Skotlandia 1 Maret 1870 itu ikut rombongan Carles Alma Baker, seorang perintis jalan bagi Kolonial dari New Zealand.
Bersama Alma, William dibawa dalam satu projek pembangunan jalan di Selatan Perak dan di Batu Gajah, Negeri Perak, Malaya yang ini dikenal sebagai Malaysia, membangun istana tersebut untuk istrinya demi membuktikan rasa cinta dan memenuhi permintaan sang istri, Agnes, yang menginginkan istana atau rumah besar.
William adalah anak keturunan petani miskin. Ia anak ketiga dari lima bersaudara.
Namun ia berani merantau untuk mengadu nasib di negeri yang sama sekali tak dikenalnya.
Namun, kerja keras dan kiprahnya telah menempatkannya di jalur sukses.
Pada 1896 ia telah membuka firmanya sendiri. Ia kemudian dikontrak untuk pembangunan rel kereta api.
Bekerja bersama Alma Baker telah mendatangkan banyak keuntungan. Ia pun mendapatkan 200 hektar tanah di kawasan Batu Gajah.
Ketika ia makin sukses, William bertemu Agnes, seorang dara cantik putri keturunan Peladang Kapas yang kaya-raya.
William jatuh hati kepada Agnes. Lalu mereka membangun mahligai rumah tangga.
Sebagai seorang suami, William pun membangun bunglo kayu di tanahnya itu. Bunglo itu dinamai Kellie's House.
Agnes merajuk kepada William karena rumah mereka sempit, lalu sebagai wujud sayangnya kepada istrinya itu, ia bertekad mendirikan sebuah istana.
William bahkan mengimpor 200 kuli asal India. Ia tertarik dengan keterampilan dan daya seni orang-orang India.
Namun pada 1914-1918 terjadi perang dunia kedua yang turut berdampak pada upaya pembangunan kastilnya, sebab semakin sulit memasok bahan-bahan bangunan dari Eropa.
Hambatan paling besar pun datang pada 1918, merebak wabah penyakit salasema mengakibatkan 70 pekerjanya (warga India) meninggal dunia.
Dan kematian itu menjadi pukulan telak bagi William. Namun ia terus bertekad membangun kastil tersebut.
Para kuli meminta William untuk membangun kuil bagi mereka, supaya terhindar dari wabah penyakit.
Para kuli asal India itu percaya, jika mereka berdoa pada Dewa-dewanya, penyakit itu akan dilalukan dari mereka. William pun menyanggupinya.
Sehingga hari ini, bisa ditemukan sebuah kuil di sebelah kiri kastil itu berjarak kurang lebih dua kilometer.
Sebagai bentuk terimakasih para kuli itu, dibangunlah satu patung menyerupai wajah William dan ditaruh di bubungan di antara barisan para dewa-dewa mereka.
Ia pun menjemput satu unit lif yang dipesannya dari Lisbon, Portugal, sebelum ia bertolak ke Inggris.
Sayang, saat menjemput lift itu, ia meninggal dunia akibat serangan pneumonia.
Ia kemudian dikebumikan di pekuburan orang Inggris.
Istrinya Agnes segera menjual seluruh harta mereka di Kelli's Estate dan istana tersebut kepada Horrison & Crossfield sebuah serikat Liverpol yang bergerak di bidang perniagaan teh dan kopi.
Namun pihak Crossfield membiarkan kastil ini begitu saja. Tak terurus hingga lebih seabad.
Azim, pemandu wisata mengatakan sampai saat ini bangunan tersebut tidak dipugar demi mempertahankan bentuk aslinya.
Termasuk juga demi mengawetkan kisah cinta dan perjuangan William saat membangun istana itu.
"Bangunan ini menjadi terkenal tentu karena kisah fenomenal perjuangan William demi memenuhi keinginan istrinya, seperti halnya kisah Taj Mahal," jelasnya.