Breaking News:

Menenggelamkan Anak Hingga Diinjak Sapi, Ini 6 Tradisi Paling Brutal di Dunia Hanya Untuk Buang Sial

Kebanyakan dari kita berpikir jika tradisi itu dilakukan untuk melestarikan budaya yang sudah ada sejak lama.

rnkr-static.com
Tradisi menakutkan 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum

TRIBUNTRAVEL.COM - Kebanyakan dari kita berpikir jika tradisi itu dilakukan untuk melestarikan budaya yang sudah ada sejak lama.

Mulai dari kelahiran, penikahan sampai kematian.

Tujuan lainnya untuk semakin mendekatkan diri dengan teman-teman dan keluarga.

Lalu bagaimana dengan tradisi yang dianggap brutal?

Masihkan dijalankan sampai sekarang?

Dikatakan tradisi yang tergolong sadis ini dilakukan dengan niatan yang baik.

seperti penghapusan dosa, buang sial, pemberkatan dan lain-lain.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah masih perlukah ritual bar-bar semacam ini di abad 21?

Dilansir TribunTravel.com dari laman listverse.com berikut 6 ritual paling brutal di dunia yang masih dilakukan sampai sekarang.

2 dari 4 halaman

1. Mingi

Mingi merupakan tradisi yang dilakukan oleh suku Kara, Hamar, dan Banna di Lembah Omo, Etiopia.

Ada sekitar 225 ribu anggota suku yang tinggal di desa-desa primitif masih menjalankannya sampai sekarang.

Mingi berarti seorang anak yang dikutuk dan harus dibunuh untuk melindungi suku.

Anak akan disebut mingi jika gigi atasnya tumbuh lebih dulu ketimbang gigi bawah, anak yang melukai alat vitalnya, anak yang terlahir dari orangtua tidak menikah atau mendapat pemberkatan dari para tetua dewasa.

Selain itu orang dewasa yang tidak bekerjasama dengan tradisi ini juga disebut mingi dan akan diusir dari suku.

Jika ada seorang anak mingi maka para tetua suku akan merebut anak itu dari orang tuannya.

Bocah malang ini biasanya akan ditenggelamkan ke sungai, dibuang di hutan, dibiarkan kelaparan sampai mati, dimakan binatang buas atau didorong dari tebing.

Para tetua juga dapat mencekik anak dan mengisi mulutnya dengan tanah.

Suku-suku ini percaya jika anak mingi akan membawa roh-toh jahat ke dalam desa yang mengakibatkan kekeringan, kelaparan dan penyakit.

3 dari 4 halaman

Meski tak ada yang tahu jumlah pastinya, namun sebanyak 200 sampai 300 anak mingi dibunuh setiap tahunnya.

2. Festival Pig Slaughter

(occupyforanimals.net)

Setiap tahun di desa kecil Nem Thuong di Vietnam utara, terdapat ritual penyembelihan dua ekor babi yang bertujuan membawa keberuntungan untuk tahun mendatang.

Tradisi ini selalu terjadi pada hari keenam bulan pertama kalender lunar.

Festival Pig Slaughter diadakan untuk menghormati Doan Thuong, dewa pelindung lokal.

Menurut legenda, Doan Thuong adalah seorang jenderal pada Dinasti Ly yang melakukan invasi pasukan.

Dia memberi makan pasukannya yang kelaparan dengan babi yang disembelih dan diduga ini yang menjadi awal mulai festival.

Darah babi mewakili keberuntungan dalam bentuk panen yang baik, kemampuan reproduksi, keberhasilan moneter, dan kesehatan yang baik.

Saat musik dimainkan, penduduk desa akan memamerkan babi yang akan disembelih keliling desa.

Kemudian binatang itu ditelentangkan, tubuhnya di tarik menggunakan tali dan bagian kepalanya sembelih.

4 dari 4 halaman

Di tengah kesakitan binatang malang itu, para penduduk desa buru-buru mengolesi uang kertas dengan darah babi untuk keberuntungan.

Aktivis hak-hak binatang telah mencoba untuk meyakinkan pemerintah menghentikan festival ini.

Sayang tindakan itu tak mendapat respon dari pemerintah setempat karena dianggap mendatangkan turis.

3. La Esperanza Rain Ceremony

(phoebe.on.ge)

Ini merupakan upacara pemanggilan hujan paling gila yang pernah ada.

Para wanita desa La Esperanza di Guerrero, Meksiko setiap Mei akan menyiapkan makanan besar seperti ayam, kalkun, telur, tortila, dan nasi.

Mereka membawa makanan itu ke tempat persembahan.

Setalah membaca doa, mereka membentuk lingkaran, dan menunggu orang dari desa-desa sebelah.

Dalam lingkaran, para wanita ini mulai mencari lawan dari desa tetangga dan mengalahkan satu sama lain menggunakan tangan kosong.

Tujuan dari festival ini untuk menghasilkan darah sebanyak-banyaknya dari wajah para wanita itu.

Tak ada pemenang dan balas dendam dalam perayaan ini.

Sebagai pengorbanan kepada dewa, darah yang tumpah dikumpulkan dalam ember dan dialirkan pada lahan pertanian.

4. Menghantam kepala menggunakan kelapa

Di Tamil Nadu, India Selatan, ribuan umat pergi ke kuil Mahalakshmi untuk ambil bagian dalam sebuah tradisi di mana mereka meminta dewa untuk melancarkan kesuksesan dan kesehatan.

Semua orang baik itu pria dan wanita duduk memanjang menunggu seorang pemuka agama mendekatinya.

Pemuka agama ini langsung menghantamkan satu buah kelapa di kepala pemujanya.

Seorang pemuja harus berusia minimal 18 tahun untuk berpartisipasi.

Ritual berlangsung pada Selasa kedua bulan Tamil Aadi setiap tahun.

Diyakini tradisi dimulai pada abad ke-19 ketika Inggris mencoba untuk membangun rel kereta api melalui desa.

Warga memprotes.

Namun Inggris baru mau mengubah rute transportasi jika penduduk setempat dapat memecah batu-batu besar dengan kepala mereka.

Ketika penduduk desa memenuhi, kereta api dibangun di tempat lain.

Batu-batu itu segera digantikan oleh kelapa karena dianggap lebih aman.

5. Ritual diinjak sapi

Ritual aneh ini bertujuan untuk membawa keberuntungan.

Tradisi yang diadakan di Ekadashi, India setiap tahunnya ini sudah dilakukan selama berabad-abad.

Sapi yang dianggap suci oleh umat Hindu dijadikan sebagai pelaku ritual.

Binatang yang sebelumnya dihiasi berbagai pola dan pernak-pernik berwarna cerah ini akan berlari melewati beberapa orang yang berbaring di tanah.

Tak pelak beberapa dari mereka terinjak kaki sapi.

Meski berbahaya, mereka mengklaim tidak merasakan sakit sama sekali selama ritual ini dilakukan.

6. Gotmar Mela

Setiap tahun, penduduk Pandhurna, dan Sawargaon, dua desa di India yang berseberangan sungai akan melempari satu sama lain menggunakan batu selama satu hari di sebuah festival yang dikenal sebagai Gotmar Mela.

Sebelum pertempuran dimulai, batang pohon yang bagian ujungnya diikat bendera diletakkan tepat ditengah sungai.

Tim yang dapat mengambil bendera pertama adalah pemenangnya.

Namun, memanjat pohon untuk mengambil bendera sementara penduduk desa melemparkan batu-batu besar menjadikan tradisi ini berbahaya.

Ratusan orang mengalami cedera setiap tahun, dan telah ada setidaknya 17 kematian.

Pejabat pemerintah telah mencoba membujuk warga desa untuk menggunakan bola karet bukan batu namun tidak berhasil.

Selanjutnya
Sumber:
Tags:
MeksikoIndiaEtiopia Jenna Ortega Haleem Koshari (Kushari) Virus Nipah Dalai Lama
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved