Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Sekilas Jennifer terlihat seperti wanita pada umumnya.
Apalagi jika dilihat dari perawakannya yang kecil dan sederhana membuat banyak orang tidak akan percaya jika dia adalah pembunuh berdarah dingin.
Wanita berusia 24 tahun ini dengan kejamnya menyewa preman untuk membunuh kedua orang tuanya.
Tak cuma itu wanita ini juga dikenal sebagai pembohong paling lihai di dunia.
Latar belakangnya yang kelam dan tuntutan yang berat dari kedua orang tuanya membuat Jennifer bertranformasi menjadi satu wanita paling kejam di dunia.

Dilansir TribunTravel.com dari laman thesun.co.uk, peristiwa itu bermula pada 8 November 2010 silam.
Sebuah penggilan darurat datang dari rumah Jennifer.
Terisak-isak ketika menelepon panggilan darurat, Jennifer tampak memohon, "Bantu aku, please! Saya butuh bantuan. Saya tidak tahu dimana orang tua saya... tolong cepat," begitu isi percakapannya.
Beberapa jam setelah polisi datang, gadis berusia 24 tahun itu sambil menangis menjelaskan dia sedang berada di kamar tidurnya saat mendengar suara-suara asing di lantai bawah dan teriakan dari ibunya.
"Aku terdiam di kamar dan tidak berani turun ke bawah," katanya pada polisi.
Tapi kemudian sang adik, Felix memutuskan untuk turun ke dapur dan menemukan tiga orang memegang orang tuanya sembari menodongkan senjata.
Para penyusup memerintahkan Jennifer untuk menunjukkan semua uang yang disimpan di rumah dan mengikatnya di pegangan tangga menggunakan tali sepatu dan memaksa orang tuanya ke ruang bawah tanah.

Sang ibu, Bich Ha ditembak tiga kali dari dekat dan tewas di tempat.
Sedangkan ayahnya, Han ditembak dua kali termasuk bagian wajahnya.
Namun Han berhasil melarikan diri ke luar rumah dan meminta bantuan.
Segeralah penyelidikan dilakukan.
Dalam jangka waktu 14 hari, Jennifer yang berstatus sebagai saksi berubah menjadi tersangka utama.

Kecurigaan bermula dari cara Jennifer menelepon polisi padahal tangannya terikat di belakang punggung.
Keterangan dari sang ayah yang berhasil selamat semakin menguatkan kecurigaan polisi.
"Han menggambarkan bagaimana Jennifer terlihat akrab dengan satu penyerang," jelas Detektif Courtice.
Pada saat Jennifer menghadiri pemakaman sang ibu, barulah disadari jika sang gadis itu pandai berbohong.
Dia bahkan telah menipu orang tuanya selama bertahun-tahun.
Terutama sejak nilai sekolahnya di SMA turun drastis.
Agar tidak membuat orang tuanya kecewa, Jennifer mulai melakukan kehongan.
Mulai dari rapor palsu sampai tugas palsu.
Kebohongannya terus berlanjut sampai ke jalur perguruan tinggi.
Dia berkata pada orang tuanya jika diterima di Ryerson University di Pusat Kota Toronto dan kemudian pindah ke University of Toronto untuk ilmu farmakologi.
Sang ayah sangat berkesan dengan usaha anak gadisnya.
Dia bahkan membelikan Jennifer laptop baru untuk membantu studinya.
Sayang apa yang diucapkan gadis itu sepenuhnya bohong.
Dia bahkan tidak lulus SMA dan mau pun kuliah di perguruan bergengsi itu.
Sandiwara yang dia lakukan selama 4 tahun itu akhirnya terbongkar, saat seorang sahabatnya diinvestigasi kedua orang tuanya.
Kecewa dengan perilaku Jennifer, kedua orang tuanya, memutuskan untuk mengurung gadis itu di rumah.
Orang tuanya langsung menyuruh gadis berkacamata itu untuk melanjutkan pendidikan sebagai teknisi laboratorium farmasi atau perawat dengan pengawasan penuh.
Tindakan yang dilakukan kedua orang tuanya ini lah yang kemudian membuat Jennifer gelap mata.
Bersama kekasihnya Daniel Wong, mereka menyewa pembunuh bayaran, homeboy untuk membunuh kedua orang tuanya.
Bayaran 8.000 pound atau setara Rp 128 juta disepakati.
Dan pembunuhan pun terjadi.
Akibat dari kasus ini, Jennifer, kekasihnya dan 3 pembunuh bayaran diadili atas pembunuhan tingkat pertama.
Mereka semua dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat.
Meski sang ayah telah menjadi korban kejahatan Jennifer, pria ini mengaku sangat bersedih.
"Ketika saya kehilangan istri saya, saya kehilangan putri saya pada waktu yang sama. Saya merasa sudah tidak memiliki keluarga lagi," ujarnya.