Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizky Tyas
TRIBUNTRAVEL.COM - Memancing mayat adalah praktek terkenal di China sejak zaman kuno.
Beberapa nelayan meluangkan waktu mereka untuk mengembalikan tubuh yang tenggelam di air ke keluarga mereka.
Pada waktu itu, "pekerjaan" ini amat sangat dihargai dan dihormati.
Meskipun nelayan tidak dihargai dengan uang tapi mereka mendapat rasa syukur dan terimakasih yang besar.
Seiring dengan evolusi negara, baik secara ekonomis dan demografis, memancing mayat menjadi bisnis yang berkembang bagi sebagian besar nelayan di Sungai Kuning.
Sungai ini menjadi tempat paling disukai untuk bunuh diri.

18 mil dari Lanzhou, ibukota provinsi Gansu, barat laut China,ada bendungan hidroelektrik dan sebuah tikungan sungai, menyebabkan tubuh korban terseret ke permukaan.
Dirangkum TribunTravel.com dari laman odditycentral.com, seorang nelayan di Sungai Kuning yang menjalani tugas mengerikan ini adalah Xei Xinpeng.
Meskipun ia memiliki pekerjaan lain sebagai pemanen di kebun pir, ia menyadari memancing "tubuh" manusia bisa lebih menguntungkan.
Sejak ia melakoni pekerjaan ini, ia telah mengembalikan sekitar 80 hingga 100 mayat per tahun, baik laki-laki maupun perempuan.
Muda atau tua, korban tenggelam di sungai ini rata-rata akibat bunuh diri atau kasus pembunuhan.
Saat ditemukan, biasanya mereka sudah mengambang di permukaan.

Menurut penjelasan Xipeng, ini bisa menjadi bisnis menguntungkanm karena uang yang diterimanya cukup lumayan, mulai dari 75 dolar sampai 450 dolar, tergantung pada pendapatan kliennya.
Tapi, ada juga kasus tubuh yang dilepaskan kembali ke sungai karena keluarga tidak menerima atau tidak merasa kehilangan saudaranya.
Xipeng mengatakan, "kebanyakan mayat yang tidak diklaim oleh kerabat adalah pekerja migran perempuan yang telah pindah ke Lanzhou. Sebagian besar dari mereka telah dibunuh "
Wei Xipeng percaya masalah ekonomi paling banyak menjadi penyebab orang bunuh diri.
Sebagian besar kasus ditemukan terjadi pada wanita dari daerah pedesaan Cina, dan menurut organisasi Kesehatan Dunia, 26% kasus bunuh diri dunia berlangsung di China.
Xipeng bukan satu-satunya nelayan di China yang mencari mayat di Sungai Kuning.

Tapi, mungkin saja ia satu-satunya nelayan yang memiliki alasan lain selain uang.
"Anakku sendiri meninggal di sungai ini dan aku tidak bisa menemukan tubuhnya. Itu sangat menyakitkan. Itu sebabnya aku mulai melakukan pekerjaan ini. "
Sayangnya, untuk saat ini Wei Xipeng harus meninggalkan pekerjaan memancing mayat.
Ia mengakui dalam sebuah wawancara untuk CNN, "aku tidak bisa bekerja di atas air lagi. Polisi telah mengenakan denda kepadaku beberapa kali. Mereka tidak suka dengan apa yang aku lakukan."
Meskipun peringatan telah dirilis ke media bagi semua nelayan, yang lain tetap terus melakukan pekerjaan mereka, dengan asumsi siap menerima risiko.