Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNTRAVEL.COM - Lampu di balik kerajinan sarang bambu bewarna-warni menjadi iconik di tengah bangunan dan interior Restoran Kapal Bambu Ecolodge, Bukit Lawang,Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Mengurangi pemanasan global dan menghindari kerusakan hutan tropis yang lebih parah lagi, Restoran Kapal Bambu Ecolodge menggunakan bambu sebagai bahan baku bangunan.
"Kami ingin menghidupkan lagi pengetahuan bambu sebagai bahan bangunan berkelanjutan yang sudah mulai hilang tergerus penggunaan semen terutama penggunaan kayu keras dari hutan tropis, ketahanan bambu bisa mencapai 40 tahun," kata Bobby, Manager Restoran Kapal Bambu Ecolodge.
Fokus utama Ecolodge untuk menyelamatkan alam Bukit Lawang yang identik dengan orangutan, salah satunya harus bisa memberikan dampak peningkatan perekonomian di daerah tersebut, Restoran Kapal Bambu menjadi solusi bisnis untuk mendukung perekonomian sekaligus peduli lingkungan di Bukit Lawang.
Dijelaskannya, kehadiran Restoran Kapal Bambu di Bukit Lawang sejak 2016 adalah benar-benar untuk memberikan nuansa pendidikan lingkungan bagi masyarakat serta menjadi ikon bagi Bukit Lawang melalui restoran unik.
"Bambu bisa hidup cepat dan ada di mana-mana, ramah lingkungan dan tahan lama. Saya harapkan keberadaan bambu ini bisa menjadi ikon menarik wisatawan di Bukit Lawang," tuturnya.
"Untuk harga makanan dan minuman juga cukup terjangkau baik untuk wisatawan lokal karena harga permenu hanya berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 40 ribu," katanya.