Breaking News:

Padepokan Keris Brojobuwono – Di Sini Pasir Dilebur Jadi Senjata Pusaka, Pesanan Raja Ada Emasnya

Keris ada yang dibuat mulai dari pasir besi, ada juga yang sudah jadi lempengan, hingga menjadi pusaka yang sangat tinggi nilainya

Editor: Vovo Susatio
Tribun Jateng
Pembuatan keris di Padepokan Brojobuwono di Wonosari, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 

TRIBUNTRAVEL.COM - Keris menjadi bagian dari senjata pusaka yang sarat nilai sejarah di Indonesia.

Keris telah eksis sejak zaman kerajaan-kerajaan menguasai Nusantara.

Para raja pada masa lalu memiliki koleksi keris-keris bernilai tinggi yang diturunkan ke para pewaris.

Para penggemar dan kolektor keris di tengah masyarakat Indonesia pun tak surut jumlahnya.

Itu sebabnya sejumlah tempat masih bisa konsisten selama bertahun-tahun menjadi pembuat pusaka khas Indonesia ini.

Sentra pembuatan keris tersebut antara lain bisa ditemui di Padepokan Brojobuwono di Wonosari, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

“Di sini keris ada yang dibuat mulai dari pasir besi, ada juga yang sudah jadi lempengan, hingga menjadi pusaka yang sangat tinggi nilainya,” ujar Kristanto, satu diantara pembuat keris di Padepokan Brojobuwono saat kunjungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, pada Minggu (13/11/2016).


Tribun Jateng / Irzal Adiakurnia
Museum Padepokan Brojobuwono di Wonosari, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Proses pembuatan keris harus menggunakan bara api yang berasal dari kayu jati yang dibakar untuk mendapatkan suhu maksimum 1.500 derajat Celsius.

Di ruang gelap nan panas, panjak atau asisten pembuat keris yang terdiri dari Kristanto, Sardi, Made Subrata, dan Alex bergelut menempa besi panas.

Tribun Jateng sempat merangkum proses pembuatan keris yang memakan waktu tiga hingga enam bulan.

2 dari 4 halaman

Jika bermula dari pasir besi bisa diperlukan waktu sampai satu tahun untuk membuat sebilah senjata tajam yang telah diakui keberadaannya oleh UNESCO, lembaga internasional di bawah naungan PBB, sejak tahun 2005.

Material utama yang digunakan untuk membuat keris ialah besi dan nikel.

Jika ingin kualitas bagus, biasanya keris pesanan para raja atau kolektor, dapat menggunakan emas hingga batu meteorit.

Pada saat proses pembuatan, awalnya besi dipipihkan dengan menempanya di panas api mulai suhu sekitar 1.000 derajat Celsius.

Setelah itu, lempengan besi disusun menjadi lipatan-lipatan untuk membuat lapisan besi.

Selanjutnya, lapisan besi yang tersusun dari banyak lipatan itu disatukan dengan lapisan zat lain, seperti nikel dan emas, atau sesuai pesanan.


Tribun Jateng
Pembuatan keris di Padepokan Brojobuwono di Wonosari, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Proses berikutnya, bahan keris tersebut dilebur dan dipipihkan sehingga tidak terlihat lapisan lagi atau disebut saton.

Saton dibentuk menjadi seperti jarum jam atau semi pedang.

Setelah itu diberi baja keras di tengah sebagai sumbu.

Teknik ini akrab disebut nyelorok.

3 dari 4 halaman

Sumbu baja di tengah bilah bakal menentukan kekuatan keris.

Tahap selanjutnya dibuat gonjo, atau perbatasan antara keris dan pegangan.

Tahap terakhir ialah pembuatan pamor, lekukan-lekukan yang membentuk motif pada bilah keris.

Selain membuat keris dan berbagai pusaka lain, Padepokan Brojobuwono juga memiliki museum yang menyimpan berbagai koleksi keris milik padepokan ini.

Museum ini terletak di sebelah besalen, tempat pembuatan keris dengan cara tradisional milik Padepokan Brojobuwono.

Museum tersebut didirikan pada tahun 1999 oleh Bambang Gunawan dan Basuki Teguh Yuwono yang merupakan alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.


Tribun Jateng / Irzal Adiakurnia
Keris koleksi Museum Padepokan Brojobuwono di Wonosari, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Terdapat ribuan koleksi dipajang di museum yang dahulu merupakan rumah Basuki.

Saking banyaknya, terdapat keris pusaka langka yang tidak dipamerkan di museum, hanya untuk eksibisi ke luar negeri atau acara akbar keris Indonesia.

“Sekian banyaknya koleksi kita dapat dari kolektor, warisan-warisan kerajaan yang tidak dapat dipelihara oleh pewarisnya dan banyak lainnya,” ujar Kristanto.

Salah satu koleksi kebanggaan padepokan adalah keris yang dipercaya telah ada sejak abad kelima.

4 dari 4 halaman

Masa itu dikenal dengan periode dongson, periode ketika besi mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan senjata.

Dari masa kerajaan, koleksi terbaik adalah keris dari kerajaan Majapahit abad XIV-XVI yang diberi gelar keris Kyai Bayu Arum Majapahit.

Selain dapat mempelajari keris-keris khas berbagai daerah di Indonesia, wisatawan dapat menyaksikan secara langsung proses pembuatan keris di besalen, mulai dari pemilihan besi mentah hingga menjadi keris pusaka yang siap dipinang empunya.

Terdapat delapan panjak, orang yang membantu pembuatan keris, dan satu mpu yang merupakan pemilik Padepokan Brojobuwono ini, yaitu Mpu Basuki.

Besalen Padepokan Brojobuwono tak hanya memproduksi keris bergaya Jawa, tetapi juga keris Bali, Kujang Jawa Barat, parang, badik, hingga golok.

Wisatawan yang ingin berkunjung ke Padepokan Brojobuwono cukup menempuh perjalananan sekitar 30 menit dari Bandara Adi Sumarmo, Surakarta, ke arah Karanganyar.

Museum Padepokan Brojobuwono buka setiap hari Selasa sampai Minggu, pukul 09.00 WIB-15.00 WIB. (Irzal Adikurnia/magang Tribun Jateng)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jateng
Tags:
Jawa TengahKaranganyarPadepokan Brojobuwono
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved