Breaking News:

Desa Ngadisari Probolinggo - Tak Punya Ijazah SMA, Siap-siap Rencana Nikahmu Bakal Ditolak

Seorang kepala desa di Probolinggo, Jawa Timur mengeluarkan aturan cukup unik bagi warganya yang hendak menikah. Yaitu wajib lulus SMA sebelum nikah.

Editor: Sri Juliati
BBC Indonesia
Supoyo bersama anak-anak sekolah dasar di SD Ngadisari I, Probolinggo. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang kepala desa di Probolinggo, Jawa Timur mengeluarkan aturan cukup unik bagi warganya yang hendak menikah.

Adalah Supoyo, yang memberikan persyaratan wajib melampirkan selembar ijazah SMA bagi warganya yang akan menikah.

Artinya, biiar pun warganya sudah cukup umur, mendapat restu dari orangtua, dan punya uang untuk menafkahi, sia-sia saja rencana itu bila tak ada ijazah SMA.

Bukan tanpa alasan kenapa mantan Kepala Desa Ngadisari, Probolinggo itu mengeluarkan aturan lulus SMA sebelum menikah sejak menjabat pada 2011 lalu.

Supoyo melihat, pendidikan merupakan satu-satunya cara membuat warga lebih kompetitif di tengah cepatnya perubahan zaman.

Padahal Desa Ngadisari terletak di kompleks Gunung Bromo yang menyimpan potensi hasil tani melimpah.

"Mereka tidak akan berpikir untuk melanjutkan sekolah kalau mereka menikah lebih dulu," kata Supoyo seperti dilansir TribunTravel.com dari BBC dan Tribunnews.com.

Supoyo bilang, sebetulnya penduduk desa punya kemampuan ekonomi yang cukup karena kebanyakan dari mereka memiliki ladang perkebunan.

Sayangnya banyak warga berpikir, sekolah tidak penting.

"Sangat disayangkan kalau anaknya malas-malasan sekolah, karena ada anggapan untuk apa sekolah kalau ujung-ujungnya pulang (bertani)?" kata dia.

2 dari 3 halaman

Pelan-pelan, anggapan itu berubah.

Anak-anak kembali ke sekolah dan orang-orang yang lebih tua diikutkan program kejar paket A, B, dan C (SD hingga SMA).

Dengan menjadikan pendidikan sebagai syarat menikah, aturan ini juga mengajak anak-anak muda untuk tidak menikah di usia yang terlalu dini.

"Akan lebih baik nikah saat dewasa, kalau yang muda itu kan bisanya hanya nangis, ketika anaknya nangis ya nangis semua," kata Supoyo.

Seorang penduduk desa, Yuharliana Eka Swastikawati yang berusia 22 tahun setuju dengan pendapat itu.

Wati begitu dia kerap disapa sudah berkomitmen dengan kekasihnya, Aji Santo untuk menikah setelah dia lulus sarjana.

"Setelah lulus SMA, pemikiran saya itu belum matang. Saya berpikir kalau menikah sebelum SMA bagaimana? Pasti masih merepotkan orang tua," katanya.

Aji Santo, 25, lulusan SMA yang kini bekerja di ladang dan menjadi pengelana kuda di Gunung Bromo mengatakan pendidikan memang penting.

"Untuk urusan wisata paling tidak supaya saya tidak dibohongi," katanya yang setiap pagi rajin mencari turis untuk menunggani kudanya ke kawah Bromo.

Dia mengatakan, warga memang patuh atas kebijakan yang diberlakukan Supoyo, bahkan setelah dia turun dari jabatan kepala desa.

3 dari 3 halaman

Aturan itu dilanjutkan oleh kepala desa selanjutnya dan bahkan diikuti oleh desa-desa di sekitarnya.

"Kalau seandainya ada kasus hamil di luar nikah, ada hukuman, yaitu membeli semen, batu, pasir untuk membangun desa," kata Aji.

Selanjutnya
Sumber: Tribunnews.com
Tags:
ProbolinggoJawa TimurGunung BromoSupoyoDesa Ngadisari Javanine Resto
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved