TRIBUNTRAVEL.COM - Guys, coba periksa celana dalammu.
Siapa tahu, celana dalam yang biasa kamu pakai adalah buatan lokal asli Indonesia.
Tepatnya dari para pengusaha lokal di Dukuh Tempursari, Desa Tempursari, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Saban harinya, pekerjaan warga di sini bergelut dengan usaha konveksi.
Nggak cuma memproduksi kaus, seragam olahraga, atau sekadar nyablon.
Mayoritas warga di sini malah membuat berbagai rupa 'jeroan' tersebut.
Mulai dari celana dalam untuk balita, pria, wanita, under rok, celana mambo, segitiga, dan miniset diproduksi dalam skala rumahan.
Hingga akhirnya, banyak orang menyebut Dukuh Tempursari sebagai Kampung CD alias celana dalam.
Hal ini bermula dari Munir (60), seorang perajin senior di Dukuh Tempursari.
Usaha ini bermula dari sebuah industri konveksi rumahan biasa.
Dikatakannya, ia mewarisi segala keahlian dari orang tuanya.
"Saya sering disuruh-suruh mengerjakan ini dan itu yang berhubungan dengan bisnis tersebut. Mulanya saya tak tahu kegunaannya, namun setelah menikah, ternyata hal itu menjadi keahlian tersendiri, sehingga bisa membuka usaha," ujarnya seperti dikutip TribunTravel.com dari TribunJogja.com.
Dari situ, Munir terus memperkaya kemampuannya dengan magang di beberapa usaha konveksi milik tetangganya.
Setelah terampil, ia memanfaatkan satu mesin jahit yang dimilikinya untuk berusaha.
Pesanan silih berganti, sampai Munir pun bisa membeli beberapa mesin jahit dan merekrut pekerja.
"Ada yang pesan kaus partai, kaus olahraga, dan lainnya. Semua itu turut membesarkan usaha saya," katanya mengenang.
Namun pesanan itu tak tahan alias mulai berkurang.

Tribun Jogja/Padhang Pranoto
Tumbuhlah pikiran membuat jenis pakaian yang dibutuhkan orang setiap waktu.
Saat itulah, terpikir membuat celana dalam.
"Coba dipikirkan, siapa sih yang tidak butuh hal itu. Kalau boleh dibilang, dusun ini memang pembuat CD, dari laki-laki, perempuan hingga balita," ujar Munir.
Sejak tahun 1990-an, ia mulai fokus dengan pembuatan berbagai jenis celana dalam.
Namun, jika ada pesanan untuk mengerjakan jenis pakaian lain ia tak menolak.
Menurutnya, di dusun itu ada puluhan hingga ratusan perajin CD.
Di koperasi dusun itu, setidaknya ada 85 anggota yang bergerak dibidang pembuatan pakaian dalam.
Perajin CD lain, Fakhrudin mengatakan hal serupa.
Menurutnya, usaha pembuatan pakaian dalam di dusunnya itu telah dimulai turun-temurun.
Hal itu dimulai dengan pembuatan BH khas wanita Jawa.
"Seingat saya sebelum saya lahir di tahun 1967, sudah ada usaha seperti ini," ucapnya.
Ia bilang memulai bisnis pada tahun 1996 dan terjun menggeluti konveksi pakaian dalam.
Dari modal yang tak begitu besar, dirinya dapat mengembangkan usaha hingga kini mencapai omzet per bulan mencapai Rp 10 juta.
Produknya bahkan telah sampai hingga keluar Klaten, meliputi Pasar Johar Semarang, Ungaran, Salatiga, Magelang, Prambanan, Yogyakarta hingga Purworejo.
Untuk harga produk, ia jual bervariasi sesuai dengan bahan dan kualitas.
Satu dozen isi 12 buah dijual dengan harga mulai belasan ribu rupiah.
"Mulai Rp 10 ribu per dozen. Kalau celana dalam ya sampai Rp 23 ribu per dua belas buah. Kalau untuk produksinya kira-kira 100 dozen perminggu untuk enam produk, mulai dari CD wanita, celana bayi, dan lainnya," ujar Udin, panggilan Fakhrudin.
