TRIBUNTRAVEL.COM - Oktober merupakan bulan terjadinya hujan meteor yang berasal dari komet Halley, yakni hujan meteor Orionid. Yuk mengenal serba-serbi tentang hujan meteor Orionid.
Langit malam bulan Oktober dihiasi oleh beberapa fenomena unik, termasuk dua kali hujan meteor.
Satu di antaranya adalah hujan meteor Orionid.
Hujan meteor Orionid adalah hujan meteor kedua yang terjadi pada bulan Oktober.
Sebelumnya, sudah ada hujan meteor Draconid yang juga disebut Giacobinid, mengutip laman timeanddate.com.
Hujan meteor ini dinamakan Draconid karena berasal dari konstelasi Draco the Dragon dan timbul ketika Bumi melintas serpihan debu sisa komet 21P/Giacobini-Zinner.
• Siap-siap! Ada 2 Hujan Meteor yang Menyapa Langit Malam Oktober 2018
Lalu, bagaimana dengan hujan meteor Orionid?
Dikutip TribunTravel.com dari laman Travel and Leisure, hujan meteor Orionid berasal dari serpihan komet paling terkenal di dunia.
Yakni, komet Halley yang melintas setiap 76 tahun sekali.
Komet Halley sebenarnya memiliki nama resmi Komey 1P/Halley dan terakhir kali melintas tata surya pada 1986.
Saat itu, serpihan debu dan puing komet tertinggal di belakangnya dan menjauh dari matahari.
Serpihan debu komet Halley menimbulkan dua kali hujan meteor dalam satu tahun.
Selain Orionid, ada Eta Aquarid yang nantinya akan memuncak pada 5-6 Mei 2019.
• Bisa Dilihat di Jakarta Akhir Pekan Ini, Yuk Intip Keunikan Hujan Meteor Perseid
Sementara, bintang jatuh yang terlihat selama hujan meteor sendiri disebabkan oleh partikel-partikel kecil dan serpihan debu yang bergesekan dengan atmosfer Bumi.
Saat itulah, partikel kecil terbakar dan terlihat bercahaya dalam waktu sepersekian detik.
Komet Halley sendiri akan kembali melintasi tata surya pada 2061.
Lalu, darimana arah hujan meteor Orionid berasal?
Semua hujan meteor memiliki apa yang disebut para astronom titik pendar (radiant point), lokasi di langit malam di mana bintang jatuh berasal.
Dalam kasus hujan meteor Orionid, titik pendar jelas berada dalam konstelasi Orion, yang terbit di langit bagian timur pada malam hari selama Oktober.
Namun, titik pendar ini tidak berada di dekat tiga bintang yang membentuk Sabuk Orion, tetapi dekat dengan bintang terkenal Betelgeuse di atasnya.
Sebenarnya, hujan meteor Orionid jauh lebih baik dilihat saat sebelum puncaknya.
Sebab, puncak hujan meteor Orionid sebenarnya pada Minggu, 21 Oktober malam hingga jelang pagi Senin, 22 Oktober.
Namun, malam puncak hujan meteor Orionid mendekati periode bulan penuh yang jatuh pada 24 Oktober, itu artinya langit malam akan mendapat polusi cahaya alami dari Bulan.
Jadi, hujan meteor Orionid akan lebih disaksikan mulai awal pekan kedua bulan Oktober, yakni mulai tanggal 15 hingga 16 Oktober.
Meski begitu jangan khawatir, hujan meteor Orionid sebenarnya mulai berlangsung pada 2 Oktober 2018 dan belum akan berhenti sampai 7 November 2018.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)