Breaking News:

100 Tahun yang Lalu Dianggap Sampah, 7 Produk Ini Kini Berubah Jadi Barang Berharga Ratusan Juta

Banyak hal-hal yang mungkin dulu hanya dianggap sebagai sampah, aib dan penghinaan, kini jutru menjadi tren masyarakat.

i.pinimg.com

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum

TRIBUNTRAVEL.COM - Perubahan tidak bisa dihindari, dunia berubah setiap detik.

Dan ketika kita berbicara tentang abad, banyak yang berubah.

Banyak hal-hal yang mungkin dulu hanya dianggap sebagai sampah, aib dan penghinaan, kini jutru menjadi tren masyarakat.

Dilansir TribunTravel.com dari laman unbelievable-facts.com, berikut tujuh produk sampah yang kini menjadi barang berharga ratusan juta.

1. Lobster

(unbelievable-facts.com)

Lobster hanya ditemukan di restoran berbintang.

Harganya juga terbilang mahal.

Bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Namun 100 tahun yang lalu, lobster justru digunakan sebagai pupuk dan umpan ikan, dan hanya dikonsumsi oleh orang-orang miskin.

2 dari 4 halaman

2. Tato

(unbelievable-facts.com)

Setelah dianggap sebagai simbol penghinaan bagi narapidana dan tabu digunakan, tato sekarang menjadi tren di masyarakat.

Tato telah menjadi bagian dari budaya manusia dalam waktu yang sangat lama.

Orang-orang di Afrika menggunakannya untuk menghiasi tubuh mereka dan menganggapnya sebagai simbol kecantikan atau maskulinitas.

Bahkan sisa-sisa mumi dari manusia prasejarah, Ötzi, yang meninggal lebih dari 5.300 tahun yang lalu, memiliki sekitar 57 tato di tubuhnya.

Namun dalam beberapa negara di dunia, mereka dianggap tabu.

Penggunaan tato 100 tahun yang lalu dianggap sebagai penghinaan bagi tahanan yang telah melakukan kejahatan serius dan dianggap sebagai simbol aib bagi korban kamp konsentrasi.

3. Jeans

(unbelievable-facts.com)

Penemu jeans, Levi Strauss, seorang penjual yang berimigrasi dari Bavaria ke Amerika Utara pada 1850-an.

Saat itu ia membawa beberapa kanvas dan beberapa barang yang dimaksud untuk dijual.

3 dari 4 halaman

Pada saat itu penambang sedang mencari celana kerja yang kokoh dan tahan lama.

Dengan bantuan dari seorang penjahit, Strauss mengumpulkan celana kerja terbuat dari kanvas.

Celana itu menjadi populer di kalangan penambang dan buruh karena tidak mudah sobek.

Pada 1860, Levi mulai melakukan pencelupan kain dengan nila dan menamakannya “blue jeans.”

Hingga 1960, celana jeans tetap menjadi pakaian pokok bagi kelas pekerja.

4. Kentang

(unbelievable-facts.com)

Kentang adalah satu umbi-umbian yang paling penting dan banyak dikonsumsi di Kekaisaran Inca.

Ketika Spanyol menaklukkan Kekaisaran Inca di abad ke-16, mereka membawa umbi itu kembali ke Spanyol.

Tapi sayuran itu tidak diterima dengan baik, dan petani Spanyol baru mulai menanamnya dalam skala kecil sebagai makanan untuk ternak.

Perlahan-lahan, kentang menyebar ke negara-negara Eropa lainnya.

4 dari 4 halaman

Namun, kentang ini justru dianggap menjijikan karena mereka percaya dapat menyebabkan kusta dan penyakit lainnya.
Bahkan petani miskin dan kelaparan takut untuk makan kentang.

5. Kulit cokelat

(unbelievable-facts.com)

Sebelum revolusi industri, kulit putih pucat cukup populer karena menunjukkan kecantikannya.

Sementara kulit gelap dikaitkan dengan kelas pekerja.

Sampai kemudian pada abad 20, kulit gelap dianggap seksi.

6. Sayap ayam

(unbelievable-facts.com)

Sebelum 1964, sayap ayam dianggap sebagai satu potongan yang harus disingkirkan.

Sampai kemudian berbagai restoran mulai mengolahnya.

7. Pakaian robek

(unbelievable-facts.com)

Dulu jeans dan pakaian robek dianggap sebagai pakaian kelas bawah.

Namun kemudian di awal abad 21, pakaian robek ini justru jadi tren dan punya harga yang cukup mahal.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
AfrikaAmerika Utara
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved