TRIBUNTRAVEL.COM - Sabang, kota paling barat Indonesia, tidak lengkap rasanya jika belum mencicipi Mie Sedap.
Kedai Mie Sedap berlokasi di Jalan Perdagangan No 51, Kuta Barat, Sukakarya, Kota Sabang, Aceh.
Baca juga: Desa Wisata Iboih Jadi Spot Favorit di Sabang Aceh Buat Lihat Lumba-lumba

Baca juga: Itinerary Honeymoon Aceh 3 Hari 2 Malam dari Medan, Berdua Rp 5,7 Juta, Ikut Private Trip Sabang
Mie Sedap bukan sekadar kuliner, melainkan simbol sejarah dan budaya kota pelabuhan yang pernah berjaya pada era 1920-an.
Dari toko kecil sederhana hingga menjadi ikon kuliner legendaris, perjalanan Mie Sedap mencerminkan tradisi keluarga yang konsisten menjaga cita rasa.
Baca juga: 7 Wisata Terbaik di Sabang untuk Akhir Pekan: Tugu Nol Km, Pulau Rubiah & Pasir Hitam Anoi Itam
Baca juga: Itinerary Liburan 3 Hari 2 Malam di Aceh, Kunjungi Banda Aceh & Sabang Bujet Rp 1,5 Jutaan
Awal Mula Mie Sedap di Sabang
Kisah Mie Sedap dimulai pada tahun 1920-an, saat Sabang berada di masa keemasan sebagai pelabuhan bebas.
Kapal-kapal dari berbagai negara sering singgah, membawa penumpang dan pekerja yang membutuhkan makanan praktis dan cepat saji.
Di tengah kesibukan itu, berdirilah sebuah toko kecil bernama “Sedap”.
Awalnya, Kedai Mie Sedap hanya menjual kue-kue terbatas dan melayani catering kecil untuk kapal asing.
Meski sederhana, Kedai Mie Sedap cepat mendapat tempat di hati para pekerja pelabuhan dan masyarakat sekitar.
Toko Sedap pertama kali dirintis oleh seorang perantau keturunan Tionghoa, kakek dari Thomas Kurniawan atau akrab disapa Koh Thomas.
Dari sinilah cikal bakal Mie Sedap lahir, meski belum sepopuler sekarang.
Baca juga: Itinerary Sabang 3 Hari 2 Malam dari Jakarta, Kunjungi Pulau Rubiah hingga Monumen Nol Kilometer
Generasi Kedua dan Perkembangan Menu
Usaha keluarga ini dilanjutkan oleh ayah Koh Thomas.
Seiring ramainya pelabuhan bebas, menu toko berkembang dari kue dan mie sederhana menjadi nasi goreng dan catering untuk awak kapal.
Kedai kecil ini menjadi persinggahan favorit bagi pekerja pelabuhan yang mencari makanan cepat, lezat, dan mengenyangkan.
“Kalau dulu, orang-orang kapal ramai sekali makan di sini,” ungkap Alwi, keponakan tertua Thomas, Jumat (5/9/2025).
Ia menambahkan, Thomas kecil pun sejak dini sudah terbiasa membantu di dapur dan melayani pelanggan.
Sebelum benar-benar mengelola usaha keluarga, Thomas sempat membuka Restoran Nelayan di Sabang.
Namun, setelah orangtuanya meninggal, ia menutup restoran tersebut untuk fokus menjaga warisan keluarga.
“Kalau mau lanjut usaha, Koh Thomas belajar dulu teknik memasak dan racikan bumbu dari ayahnya supaya cita rasa Mie Sedap tetap sama,” cerita Alwi.
Koh Thomas dan Konsistensi Rasa Mie Sedap
Sekira tahun 1992, Thomas resmi mengambil alih kendali Kedai Sedap sebagai generasi ketiga.
Tidak seperti pengusaha kuliner lain yang sering menambah menu baru, Koh Thomas memilih fokus pada satu hal: Mie Sedap.
“Koh Thomas memang tidak bisa masak makanan lain. Fokusnya hanya ke Mie Sedap,” terang Alwi.
Ia menambahkan, “Tapi justru karena itu, rasanya konsisten dan tetap sama dari dulu sampai sekarang.”
Menu Andalan dan Keistimewaan Mie Sedap
Kedai Sedap memiliki dua menu andalan: Mie Sedap Goreng dan Mie Sedap Kuah.
Berbeda dengan mie Aceh pada umumnya, mie dibuat sendiri tanpa pengawet atau pewarna, hanya berbahan dasar tepung terigu dan telur.
Keistimewaan lainnya adalah topping potongan kecil daging berbahan ikan pisang-pisang yang segar, ditambah taburan daun seledri.
Setiap porsi dijual seharga Rp 15 ribu.
Kesederhanaan bahan dan teknik memasak inilah yang membuat Mie Sedap tetap digemari lintas generasi.
Mie Sedap sebagai Ikon Kuliner Sabang
Kini, Mie Sedap bukan hanya makanan, tapi simbol kuliner Sabang.
Setiap wisatawan yang datang hampir pasti ingin mencicipinya, baik lokal maupun mancanegara.
Nilai sejarahnya membuat Mie Sedap lebih dari sekadar rasa—ia menjadi saksi perjalanan panjang kota pelabuhan dari masa kejayaan hingga kini.
Meski Koh Thomas telah berpulang, warisan kuliner ini tetap menjadi kebanggaan masyarakat Sabang.
“Kita akan melanjutkan warisan Mie Sedap, namun perlu duduk keluarga untuk berdiskusi siapa yang akan melanjutkannya,” tutup Alwi.
(Ambar/TribunTravel) (Aulia Prasetya/Serambinews)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.