TRIBUNTRAVEL.COM - Pernah terpikir buat liburan singkat ke Karanganyar, Jawa Tengah sambil menikmati suasana khas wisata budaya?
Coba deh mampir ke Museum Keris Brojobuwono, tempat wisata menarik yang wajib kamu kunjungi saat berada di kawasan ini.
Museum ini bukan cuma tempat penyimpanan benda pusaka, tapi juga sarana edukatif yang memperkenalkan sejarah dan filosofi keris Jawa.
Di tengah udara sejuk Karanganyar, Jawa Tengah, kunjungan ke museum ini bakal bikin liburanmu terasa lebih bermakna.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Dekat Stasiun Solo Balapan, Mudah Dijangkau Transportasi Umum

Buat kamu yang suka wisata sejarah dan tradisi, Museum Keris Brojobuwono jadi pilihan pas untuk menambah wawasan sekaligus bersantai.
Koleksi kerisnya juga lengkap, jadi kamu bisa melihat sepuasnya.
Suasana di dalam museumnya juga tenang, cocok buat kamu yang ingin healing sambil belajar budaya lokal.
Menariknya, lokasinya mudah dijangkau bahkan dengan naik ojek online, loh!
Jadi kamu tak perlu khawatir soal transportasi jika ingin ke sana.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Hits di Umbulharjo Jogja, Cocok untuk Liburan Akhir Pekan
Museum Keris Brojobuwono terletak di Dusun atau Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Lokasinya lebih dekat dengan Kota Solo dibandingkan dengan pusat pemerintahan Kabupaten Karanganyar.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, lokasi ini bisa dicapai menggunakan berbagai jenis transportasi, baik kendaraan roda dua, roda empat, maupun kendaraan besar seperti bus.
Jika berangkat dari Terminal Tirtonadi, tarif ojek online berkisar antara Rp 26.000 – Rp 30.000, sedangkan taksi online sekitar Rp 57.000 – Rp 71.000.
Dari Stasiun Solo Jebres, tarif ojek online sekitar Rp 26.000 – Rp 36.000, dan taksi online Rp 42.000 – Rp 63.000.
Jika berangkat dari Terminal Bus Palur, ojek online dikenakan biaya sekitar Rp 34.000 – Rp 35.000, sementara taksi online antara Rp 71.000 – Rp 88.000.
Dari Pintu Tol Kebakkramat, tarif ojek online mulai Rp 19.000 – Rp 22.000, dan taksi online sekitar Rp 38.000 – Rp 57.000.
Sedangkan dari Pintu Tol Gondangrejo, ojek online berkisar Rp 25.000 – Rp 27.000, dan taksi online Rp 46.000 – Rp 72.000.

Baca juga: Bukit Dewa Dewi dan 4 Tempat Wisata Instagramable di Wonogiri, Jawa Tengah
Menurut Dika Ekwan Widayat, staf Museum Keris Brojobuwono, akses menuju lokasi cukup mudah karena bisa dilalui berbagai jenis kendaraan.
"Bisa menggunakan kendaraan roda dua, roda empat, maupun kendaraan besar seperti bus. Untuk tamu yang datang, kami sudah menyiapkan area parkir untuk bus dan kendaraan lainnya," jelas Dika.
Museum dan padepokan ini buka setiap Selasa hingga Minggu, mulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB.
Menariknya, tidak ada biaya masuk alias gratis bagi pengunjung yang ingin melihat koleksi keris di museum ini.
"Kami buka setiap hari kecuali Senin, dan masuknya gratis. Namun, bagi yang ingin melihat proses pembuatan keris, disarankan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu," tambah Dika.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Hits di Jebres Solo Jawa Tengah: Pasar Gede & Solo Safari
Basuki Teguh Yuwono: Penjaga Pusaka Bangsa di Museum Keris Brojobuwono
Tahukah traveler, ada sosok di balik lahirnya Museum Keris Brojobuwono?
Yap, dia adalah Basuki Teguh Yuwono.
Seorang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, yang kini mengemban amanah sebagai Staf Khusus Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran.
Menurut Dika Ekwan Widayat, staf di Museum Keris Brojobuwono, Basuki adalah warga asli desa tersebut.
"Pendiri Padepokan dan Museum Keris Brojobuwono ini merupakan warga asli Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar," kata Dika.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Hits di Banjarsari Solo Jawa Tengah: Taman Balekambang hingga Pasar Triwindu

Cinta Keris yang Melampaui Gelar dan Jabatan
Basuki bukan sekadar akademisi atau pejabat.
Ia adalah seorang budayawan sejati.
Di balik kesibukannya sebagai dosen dan staf khusus menteri, ia menyimpan satu hasrat yang tak lekang oleh waktu: menjaga dan merawat warisan budaya.
"Basuki Teguh Yuwono merupakan seorang dosen ISI Solo dan kini menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya di era pemerintahan Prabowo-Gibran," tutur Dika.
Tak heran jika tahun 1993, Basuki memutuskan untuk membuka Padepokan Brojobuwono.
Ia memulainya dari sebuah keinginan sederhana, menghimpun, mempelajari, dan menjaga eksistensi keris. Dua dekade kemudian, tepatnya tahun 2012, lahirlah Museum Keris Brojobuwono secara resmi.
"Padepokan Brojobuwono ini didirikan oleh beliau tahun 1993, dan museum secara ini secara resmi didirikan pada tahun 2012," lanjut Dika.
Bukan Komersial, Tapi Edukasi dan Pelurusan Mitos
Di saat banyak museum atau objek wisata budaya bergelut dengan harga tiket, Basuki memilih jalan berbeda.
Padepokan dan museum ini dibuka gratis, tanpa pungutan sepeser pun.
"Tujuan pendirian museum adalah sebagai sarana edukasi tentang keris dan senjata tradisional, serta meluruskan mitos negatif seputar keris di masyarakat," jelas Dika.
Museum ini tidak sekadar menampilkan keris dalam vitrin kaca. Ia juga menjadi ruang pembelajaran, diskusi, dan bahkan perenungan.
Mitos-mitos yang selama ini melekat pada keris, mistis, seram, menakutkan, dihadirkan kembali dalam konteks sejarah, estetika, dan nilai filosofis.
"Tujuan Basuki Teguh Yuwono mendirikan padepokan dan museum keris Brojobuwono ini hanya semata untuk sarana edukasi budaya ke masyarakat," ujar Dika.
(TribunTravel/nurulintaniar) (TribunSolo.com/mardonwidiyanto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.