Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

CENDERALOKA

Fameili Craft: Usaha Kreatif Berawal dari Keisengan di Kasihan, Bantul, Jogja

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Produk Tas Toples dari Fameili Craft.

TRIBUNTRAVEL.COM - Terletak di Desa Bibis RT 02, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Jogja, sebuah usaha kecil bernama Fameili Craft tumbuh perlahan namun pasti. 

UMKM yang digagas oleh Betti Meilani atau dikenal juga dengan Ferdi Ardiyana, menjadi bukti bahwa ide besar bisa lahir dari hal sederhana, bahkan hanya dari rasa iseng.

Awalnya dari "Iseng" Lihat Toples

Baca juga: Kisah Inspiratif Fransmiki Craft, Budaya Lewat Boneka Nusantara dari Jebres, Solo, Jawa Tengah

Produk Pouch dari Fameili Craft. (Cenderaloka / Bernadetta Arbaleta)

Baca juga: Suryoart Craft, Karya Seni Nusantara yang Sukses Go Internasional & Cocok untuk Oleh-oleh

“Awalnya benar-benar dari keisengan, mbak,” ungkap Betti saat diwawancarai Cenderaloka.

“Waktu itu saya lihat toples kosong, terus iseng saja bikin tas tempat toplesnya. Saya pakai rumus sendiri, dicoba-coba, akhirnya jadi. Tapi waktu itu belum langsung dijual, satu tahun kemudian baru saya launching," jelasnya.

Produk-produk dari Fameili Craft memang banyak dibuat dari ide pribadi yang orisinal. 

Betti menjelaskan bahwa sebagian besar desain produknya tidak mengikuti pola umum yang sudah ada. 

Ia kerap menemukan inspirasi hanya dari hasil pengamatan sehari-hari atau saat berselancar di media sosial.

“Untuk gantungan kunci, ada yang memang saya buat dari ide sendiri, ada juga yang terinspirasi dari YouTube atau Instagram,” tambahnya.

Baca juga: Kerajinan Tangan Melayu Jadi Oleh-oleh Favorit dari Riau, Ada Hiasan Dinding hingga Sarung Bantal

Baca juga: Jammak Craft, Kerajinan Tangan Bernuansa Etnik dari Solo yang Padukan Elemen Tradisional & Modern

Dari Mainaka ke Fameili

Betti mulai serius menekuni dunia craft sejak tahun 2020, usai ia resign dari pekerjaannya. 

Saat itu, ia hanya ingin punya kegiatan yang bisa dikerjakan dari rumah.

“Dulu namanya masih Mainaka, itu gabungan dari nama saya dan dua anak saya. Tapi kemudian berubah jadi Fameili di tahun 2024,” jelas Betti.

Nama Fameili sendiri merupakan akronim dari nama dirinya dan suami. 

Branding baru ini muncul karena kini produknya tak hanya terbatas pada kerajinan tangan seperti rajutan, tapi juga merambah ke buket bunga, snack bouquet, hingga seserahan pernikahan.

Mengangkat Nilai Lokal dan Ramah Lingkungan

Produk Gantungan Kunci Rajut dari Fameili Craft. (Cenderaloka / Bernadetta Arbaleta)

Saat ditanya mengenai filosofi di balik karyanya, Betti menjawab, “Saya lebih condong ke konsep eco green, mbak. Karena saya juga produksi kue kering, jadi kadang saya paketkan dengan tas rajut yang saya buat sendiri. Jadi lebih minim sampah, dan bisa dipakai ulang.”

Salah satu produk andalannya adalah tas rajut untuk toples kue kering. 

Menurutnya, produk ini belum banyak ditemukan di pasaran.

“Saya sempat cari di YouTube dan media sosial, tapi belum ada yang buat seperti saya. Kebanyakan tas rajut itu untuk botol atau souvenir kondangan. Jadi pas saya bikin dan ternyata unik, itu jadi kepuasan tersendiri,” kata Betti sambil tersenyum.

Pemasaran yang Masih Terbatas

Meski produknya menarik dan punya potensi besar, pemasaran Fameili Craft masih dilakukan secara terbatas. 

Betti mengandalkan pesanan dari komunitas UMKM dan kenalan lewat WhatsApp.

“Saya belum masuk marketplace karena memang belum ada admin. Semua masih saya pegang sendiri, jadi agak kewalahan. Kalau media sosial ada sih, tapi belum bisa aktif,” ujarnya.

Namun begitu, Betti aktif mengikuti event-event pameran UMKM baik di tingkat kelurahan, kabupaten, hingga provinsi. 

“Kalau ada event dan produk saya masuk kualifikasi, saya pasti ikut. Itu salah satu cara saya mengenalkan produk ke masyarakat lebih luas,” jelasnya.

Tantangan: Bahan Baku dan Ekspektasi Pelanggan

Produk Tas Toples dari Fameili Craft. (Cenderaloka / Bernadetta Arbaleta)

Tantangan terbesar dalam menjalankan Fameili Craft, menurut Betti, ada dua: pemasaran dan ketersediaan bahan baku, terutama benang dengan warna spesifik yang diinginkan pelanggan.

“Kadang customer itu minta warna tertentu, tapi di toko-toko benangnya nggak ada. Beli online pun belum tentu warnanya sama. Itu tantangan banget,” keluhnya.

Selain itu, tidak semua orang bisa langsung paham atau mampu merajut setelah diajari. 

“SDM juga tantangan. Nggak semua bisa langsung ngerti kalau diajarin. Karena rajut itu ada tekniknya sendiri,” katanya.

Harapan Fameili Craft

Baca juga: Tekat Tiga Dara: Tempat Oleh-oleh Kerajinan Unik di Pekanbaru, Riau

Ke depan, Betti berharap bisa lebih profesional dalam mengelola bisnisnya. 

Ia ingin produknya bisa masuk marketplace, punya tim khusus, dan tentu saja menjangkau pasar lebih luas.

“Saya pengen Fameili Craft bisa dikenal lebih banyak orang, dan jadi inspirasi buat ibu-ibu lain bahwa dari rumah pun kita bisa berkarya dan berpenghasilan,” tutup Betti dengan semangat.

Fameili Craft bukan sekadar usaha kecil dari pelosok Bantul. 

Ia adalah representasi ketekunan, kreativitas, dan semangat ibu rumah tangga yang ingin tetap produktif meski dari dalam rumah. 

Dari keisengan, kini jadi ladang rezeki dan ekspresi diri.

(TribunTravel/Cynthia)