Mengangkat Nilai Lokal dan Ramah Lingkungan
Saat ditanya mengenai filosofi di balik karyanya, Betti menjawab, “Saya lebih condong ke konsep eco green, mbak. Karena saya juga produksi kue kering, jadi kadang saya paketkan dengan tas rajut yang saya buat sendiri. Jadi lebih minim sampah, dan bisa dipakai ulang.”
Salah satu produk andalannya adalah tas rajut untuk toples kue kering.
Menurutnya, produk ini belum banyak ditemukan di pasaran.
“Saya sempat cari di YouTube dan media sosial, tapi belum ada yang buat seperti saya. Kebanyakan tas rajut itu untuk botol atau souvenir kondangan. Jadi pas saya bikin dan ternyata unik, itu jadi kepuasan tersendiri,” kata Betti sambil tersenyum.
Pemasaran yang Masih Terbatas
Meski produknya menarik dan punya potensi besar, pemasaran Fameili Craft masih dilakukan secara terbatas.
Betti mengandalkan pesanan dari komunitas UMKM dan kenalan lewat WhatsApp.
“Saya belum masuk marketplace karena memang belum ada admin. Semua masih saya pegang sendiri, jadi agak kewalahan. Kalau media sosial ada sih, tapi belum bisa aktif,” ujarnya.
Namun begitu, Betti aktif mengikuti event-event pameran UMKM baik di tingkat kelurahan, kabupaten, hingga provinsi.
“Kalau ada event dan produk saya masuk kualifikasi, saya pasti ikut. Itu salah satu cara saya mengenalkan produk ke masyarakat lebih luas,” jelasnya.
Tantangan: Bahan Baku dan Ekspektasi Pelanggan
Tantangan terbesar dalam menjalankan Fameili Craft, menurut Betti, ada dua: pemasaran dan ketersediaan bahan baku, terutama benang dengan warna spesifik yang diinginkan pelanggan.
“Kadang customer itu minta warna tertentu, tapi di toko-toko benangnya nggak ada. Beli online pun belum tentu warnanya sama. Itu tantangan banget,” keluhnya.
Selain itu, tidak semua orang bisa langsung paham atau mampu merajut setelah diajari.
Baca tanpa iklan