Kebakaran hutan juga turun 82 persen di tahun 2020.
Indonesia juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare di 2024, terluas di dunia.
Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019.
Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia akan mencapai carbon net sink, selambatnya tahun 2030.
Kami terutama negara yang mempunyai lahan luas yang hijau dan berpotensi dihijaukan, serta negara yang memiliki laut luas yang potensial menyumbang karbon, membutuhkan dukungan dan kontribusi dari internasional, dari negara-negara maju.
Indonesia akan terus memobilisasi pembiayaan iklim dan pembiayaan inovatif serta pembiayaan campuran, obligasi hijau, dan sukuk hijau.
Penyediaan pendanaan iklim dengan pendanaan negara maju merupakan game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang.
Indonesia akan dapat bekontribusi lebih cepat bagi net zero emissions dunia.
Pertanyaannya, seberapa besar kontribusi negara maju untuk kami? Transfer teknologi apa yang bisa diberikan?
Ini butuh aksi, butuh implementasi secepatnya.
Selain itu carbon market dan carbon price harus menjadi bagian dari isu perubahan iklim.
Ekosistem ekonomi karbon yang transparan, berintegritas, inklusif, dan adil harus diciptakan.
Sebagai penutup di KTT ini, atas nama Forum Negara-negara Kepulauan dan Pulau Kecil (AIS), Indonesia merasa terhormat bisa mensirkulasikan pernyataan bersama para pemimpin AIS Forum.
Sudah jadi komitmen AIS Forum untuk terus memajukan kerjasama kelautan dan aksi iklim di UNFCCC.
TribunTravel.com