Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Sebelum Mengunjungi Monkey Forest Ubud Bali, Cek 5 Fakta Menarik Ini

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kawanan monyet di Monkey Forest Ubud Bali, Rabu (20/8/2025).

TRIBUNTRAVEL.COM - Pura-pura suci Hindu, monyet liar, dan hutan yang menjadi rumah bagi roh-roh penjaga. 

Meskipun terdengar seperti film Indiana Jones, Monkey Forest Ubud adalah tempat sungguhan yang bisa kamu kunjungi langsung di Bali.

Sejumlah wisatawan menikmati objek wisata Monkey Forest Ubud, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Monkey Forest Ubud menyajikan salah satu pengalaman terbaik dan terunik.

Bahkan sayang rasanya bila melewatkan kunjungan ke Monkey Forest Ubud selagi berlibur ke Pulau Dewata.

Baca juga: Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk Hadirkan “Riang Rasa”, Nostalgia Kuliner & Permainan Masa Kecil

Bila tertarik untuk berkunjung, ada sederet fakta menarik tentang Monkey Forest Ubud yang perlu kamu ketahui terlebih dahulu.

Yuk simak sederet fakta menarik tenang Monkey Forest Ubud yang telah TribunTravel rangkum dari situs destinationlesstravel.com berikut.

1. Tentang Monkey Forest Ubud 

Monkey Forest Ubud teretak di terletak di Desa Padangtegal, Ubud, Bali. 

Suaka alam ini luasnya kurang lebih 31 lapangan sepak bola, sungguh luar biasa.

Terdapat lebih dari 1.200 monyet ekor panjang Bali yang hidup dalam kelompok-kelompok terpisah, masing-masing dengan wilayah kekuasaannya sendiri di hutan. 

Baca juga: Itinerary 1 Day Trip Magelang, dari Solo Naik Motor Budget Rp 400 Ribuan

Yang dikagumi dari monyet-monyet ini adalah ekor mereka yang lebih panjang daripada panjang kepala dan badan mereka.

Ekor panjang itu membantu mereka menjaga keseimbangan saat mereka benar-benar "bermain-main" sepanjang hari. 

Lalu apa yang membuat lokasi ini sakral? 

Kawanan monyet di Monkey Forest Ubud Bali. (Instagram/@monkeyforestsanctuaryubud)

Sejak abad ke-14, hutan ini telah dianggap sebagai rumah bagi roh pelindung dan kekuatan spiritual. 

Monyet juga dianggap hewan suci dalam budaya Bali.

Halaman
123