Faktanya, pintu darurat pesawat modern hampir mustahil dibuka saat terbang.
Alasannya adalah perbedaan tekanan udara antara dalam kabin dan luar pesawat.
Di ketinggian 10.000 meter, tekanan udara luar jauh lebih rendah daripada di dalam kabin yang terjaga pada tekanan setara 2.400 meter.
Perbedaan tekanan inilah yang membuat pintu darurat terkunci rapat.
Tenaga manusia biasa tidak akan mampu menggeser tuasnya.
Meski begitu, sejarah mencatat ada insiden langka pada masa Golden Age of Hijacking (1968–1972).
Salah satunya adalah kasus D.B. Cooper pada 1971, ketika ia meminta uang tebusan dan melompat menggunakan parasut dari tangga belakang Boeing 727.
Perlu dicatat, Cooper tidak membuka pintu darurat, melainkan memanfaatkan rear staircase atau tangga ekor pesawat.
Setelah insiden ini, otoritas penerbangan AS menambahkan “Cooper vane” agar tangga belakang tidak bisa dibuka saat pesawat mengudara.
Sejak itu, kasus serupa hampir tidak terjadi lagi.
Membuka Pintu Darurat di Darat Tetap Berbahaya
Walaupun pintu darurat sulit dibuka saat terbang, membukanya di darat tetap berisiko tinggi.
Begitu pintu dibuka, perosotan darurat atau emergency slide akan mengembang otomatis.
Selain mengganggu operasional, tindakan ini bisa membahayakan orang di sekitar landasan.
Beberapa insiden baru-baru ini menjadi bukti.
Baca tanpa iklan