Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Gen Z Seru-Seruan di Pelarian ArtScape Jakarta, Temukan Safe Space untuk Kesehatan Mental

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana intim Pelarian ArtScape menghadirkan ruang refleksi dan safe space untuk kesehatan mental Gen Z.

“Gen Z tumbuh di tengah teknologi dan informasi yang cepat. Mereka sudah tidak menganggap isu kesehatan mental tabu. Justru mereka terbuka membicarakan kecemasan, depresi, atau burnout,” jelas Ajeng Campagnita, Senior Publicist dari Vox Populi Publicists, salah satu mitra kampanye Pelarian.

Kini, Pelarian Tribe tak hanya fokus pada aktivitas lari seperti di awal kemunculannya, tetapi memperluas format menjadi ekspresi seni.

Menurut Nadian Almatsier, Business Director Creative Tribe, langkah ini adalah bagian dari evolusi gerakan sosial berbasis empati.

“Pelarian Tribe mencerminkan misi kami untuk menciptakan ruang di mana orang merasa dilihat, didengar, dan didukung—bukan hanya sebagai konsumen, tapi sebagai manusia seutuhnya,” tegas Nadian.

Kolaborasi Komunitas dan Mitra Peduli Mental Health

Acara ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk HatiPlong, RAD Media, dan Vox Populi Publicists. CEO HatiPlong, Farah Djalal, menilai kehadiran platform seperti Pelarian ArtScape sangat penting dalam mendorong anak muda berani bicara tentang kesehatan mental.

“Seni membantu mengungkap hal-hal yang tak tersampaikan. Namun, untuk benar-benar memahami dan memprosesnya, berbicara dengan psikolog bisa jadi langkah berani menuju hati yang plong,” ujar Farah.

HatiPlong bahkan menghadirkan konsultasi singkat di lokasi acara untuk memberikan safe space bagi peserta yang ingin berbagi cerita dan mengambil langkah awal untuk menjaga kesehatan mental mereka.

Pengalaman Personal Peserta

Bagi peserta, mengikuti Pelarian ArtScape menjadi pengalaman baru yang mendekatkan mereka pada diri sendiri.

Anastasia Sekar (23) mengaku awalnya ragu karena merasa tidak bisa menggambar. 

Namun, setelah mencoba, ia merasa bebas menyalurkan isi pikirannya ke kanvas.

“Rasanya seperti latihan untuk kembali mendengarkan diri sendiri. Kegiatan ini jadi pengingat pentingnya merawat kesehatan mental,” ungkapnya.

Sementara itu, Ajua (15) menyebut pengalaman ini menyenangkan dan berbeda dari biasanya. 

“Aku menyalurkan emosi yang santai sekaligus cemas. Ini cara yang bagus untuk menyebarkan awareness tentang mental health,” katanya.

Halaman
123