Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Ada Pulau Berwujud Manusia, Intip Keindahan Pantai Tanjung di Teluk Selahang, Natuna, Kepri

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WISATA NATUNA - Pantai Tanjung di Teluk Selahang menjadi salah satu spot favorit untuk menghabiskan momen liburan.

Menurutnya, perwujudan sosok manusia dari pulau Senoa hanya dapat dilihat dari bibir Pantai Tanjung.

"Yang paling jelas kelihatan seperti manusia itu ya dari sini," katanya.

Di balik keindahannya, ternyata Pulau Senoa memiliki cerita tersendiri yang hingga saat ini terus berkembang khususnya bagi warga Natuna yang ada di Pulau Bunguran Besar.

Jumlah pengunjung Pantai Tanjung di Natuna membeludak saat momen libur Natal dan Tahun Baru, Senin (25/12/2023). (tribunbatam.id/Muhammad Ilham)

Menurut Suparman (36), seorang warga Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Pulau Senoa memiliki kisah yang cukup pilu.

"Cerita tentang Senoa ini bermacam-macam. Kalau menurut cerita yang disampaikan orang tua, kakek dan nenek saya dulu, Senoa itu dulunya seorang perempuan yang sedang hamil besar namun kikir atau pelit kepada tetangganya," kata Suparman.

Menurutnya, di balik kisah yang beredar di masyarakat Natuna itu, terukir gambaran nasihat kehidupan yang cukup jelas.

Baca juga: Libur Sekolah ke Jogja, Tiket Pesawat Murah dari Jakarta Mulai Rp 680 Ribu Tanpa Transit

Ia melanjutkan ceritanya tentang Pulau Senoa. Dahulu kala di Pulau Bunguran Besar terdapat sepasang suami istri yang hidup tidak jauh dari bibir pantai.

Si suami adalah seorang nelayan sedangkan sang istri hanya disibukkan dengan pekerjaan rumah.

"Mereka hidup bertetangga, namun istrinya itu termasuk orang yang pelit kepada tetangganya. Bahkan saking pelitnya si istri nelayan ini ketika tetangganya meminjam tampis atau tampah (alat membersihkan beras) ia tidak pernah meminjamkannya," kata Suparman.

Wanita kikir nan pelit ini lupa kalau suatu saat akan butuh bantuan tetangganya.

Hingga suatu saat si istri nelayan tersebut sedang hamil besar. Detik-detik melahirkan segera tiba. Saat itu suaminya pergi melaut untuk mencari nafkah.

"Setelah si suami ini pulang ke rumah, ia mendapati istrinya sedang sakit karena hendak melahirkan, lalu mereka berdua meminta bantuan kepada tetangganya untuk membantu proses persalinan. Karena istrinya ini orang yang pelit alias tidak pernah membantu tetangganya yang membutuhkan bantuan, akhirnya dia menuai hasil perbuatannya sendiri," ujarnya.

Tidak ada seorang pun yang mau membantu proses persalinannya. Hingga suami istri itu memutuskan untuk pergi mencari bantuan orang lain dengan menyeberangi lautan.

"Tapi ketika mereka mau pergi, semua barang-barang miliknya turut dibawa sehingga sampan yang dikendarai itu sarat akan muatan. Saat di perjalanan, sampan mereka tenggelam dan si istri berakhir dengan menjadi sebuah pulau yang saat ini dinamakan Pulau Senoa.

Sedangkan si suami tidak tahu hilang entah kemana," jelas Suparman.

Halaman
123