TRIBUNTRAVEL.COM - Monkey Forest Ubud bukan sekadar tempat wisata biasa.
Terletak di Jalan Monkey Forest, Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, tempat ini adalah perpaduan menakjubkan antara konservasi alam, spiritualitas Hindu Bali, dan daya tarik budaya yang memikat.
Baca juga: Menjelajah 5 Air Terjun Terbaik di Buleleng, Surga Tersembunyi Bali Utara
Baca juga: Update Harga Tiket Pesawat Bali–Lombok Mei 2025: Penerbangan Langsung Mulai Rp 1 Juta
Tahun 2025, Monkey Forest tetap menjadi satu destinasi favorit wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin merasakan atmosfer Ubud yang sesungguhnya: tenang, mistis, dan penuh kehidupan.
Berikut TribunTravel merangkum panduan liburan ke Monkey Forest lengkap daya tarik, lokasi, dan harga tiket masuk terbaru 2025.
Baca juga: Itinerary Bali 3 Hari 2 Malam, Bujet Rp 2,4 Juta Termasuk Pesawat PP dan Hotel
Baca juga: Itinerary Bali 3 Hari 2 Malam dari Banjarmasin, Cuma Rp 2,5 Juta Termasuk Pesawat PP & Hotel
Sejarah Sakral yang Terjaga Sejak Abad ke-14
Dikenal juga sebagai The Sacred Monkey Forest Sanctuary, kawasan ini sudah ada sejak abad ke-14.
Berdasarkan catatan dari Pura Purana (dokumen suci berbahan daun lontar), kawasan hutan ini adalah tempat suci tempat tinggal roh-roh penjaga, serta menjadi lokasi berdirinya pura-pura kuno yang memiliki makna religius tinggi.
Monkey Forest juga menyimpan jejak sejarah penting dalam perkembangan kerajaan Bali, terutama di masa pemerintahan Dinasti Pejeng dan awal mula Dinasti Gelgel.
Tak heran, kawasan ini dianggap sakral dan penuh energi spiritual yang dipercaya mampu menjaga keharmonisan antara manusia, hewan, dan alam.
Baca juga: Tiket Pesawat Murah AirAsia dan Lion Air Rute Jakarta-Bali Tanpa Transit, Mulai Rp 747 Ribu
Daya Tarik: Dunia Para Monyet yang Dinamis
Lebih dari 1.260 monyet ekor panjang Bali (Macaca fascicularis) hidup di kawasan ini, terbagi ke dalam 10 kelompok sosial.
Mereka memiliki hirarki dan perilaku sosial yang kompleks.
Dari anak-anak monyet yang lucu hingga pejantan dominan yang gagah, kamu bisa menyaksikan langsung interaksi mereka di habitat alaminya.
Kelompok-kelompok ini, seperti Temple Group, Ashram Group, Cemetery Group, hingga New Forest Group, terkadang saling berkonflik saat harus melewati wilayah kelompok lain, terutama saat musim kemarau ketika mereka harus mandi di sungai.
Ini menciptakan dinamika yang menarik untuk diamati pengunjung.
Baca tanpa iklan