TRIBUNTRAVEL.COM - Yendra Apriyanto (35), pemilik Madu Al Ghozi, tak pernah menyangka bisnis madunya akan berkembang seperti sekarang.
Berawal dari usaha kecil-kecilan dengan modal Rp 1 juta, ia harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk tertipu oleh petani madu oplosan yang membuatnya rugi jutaan rupiah.
Baca juga: 5 Tempat Ngabuburit di Bandar Lampung, dari Taman hingga Kafe All You Can Eat
Baca juga: 5 Hotel di Bandar Lampung yang Tawarkan Paket Buka Puasa All You Can Eat, Mulai Rp 129 Ribuan
Namun, kegigihannya untuk terus belajar dan bergabung dalam komunitas UMKM membantunya bangkit.
Kini, Yendra berhasil meraup omzet hingga Rp 11 juta per bulan dengan memasarkan produknya ke berbagai platform online serta supermarket.
Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak pelaku usaha kecil yang ingin sukses meskipun berawal dari keterbatasan.
Baca juga: Itinerary 3 Hari 2 Malam di Bandar Lampung untuk Solo Traveler dari Jakarta, Bujet Rp 2,2 Juta
Baca juga: Masakan Padang hingga Kopi Kekinian, 5 Tempat Makan 24 Jam di Lampung
Mengapa Yendra Memilih Bisnis Madu?
Apa yang membuat Yendra memutuskan untuk berbisnis madu?
Yendra memulai bisnis madu pada tahun 2020, saat pandemi COVID-19 melanda.
Pada saat itu, ia bekerja di sebuah perusahaan travel umroh dan melihat banyak pelanggan mencari madu untuk meningkatkan imun tubuh.
"Saat itu banyak pesanan madu untuk menambah imun tubuh, dan saya mulai carikan madu dengan modal awal Rp 1 juta," ujar Yendra.
Melihat peluang yang ada, ia mulai mencari madu langsung dari petani. Sejak saat itu, perjalanan bisnisnya mulai berkembang.
Ia juga mulai mempelajari lebih dalam mengenai madu, mulai dari cara produksi, standar kualitas, hingga proses distribusi yang tepat.
Baca juga: Uniknya Tas dari Limbah Plastik by Dija Style Lampung, Pernah Dipakai Selvi Ananda
Tantangan dalam Bisnis Madu
Apa saja kendala yang pernah dihadapi Yendra dalam menjalankan usahanya?
Perjalanan bisnis Yendra tidak selalu mulus.
Ia pernah mengalami kerugian besar akibat tertipu oleh pemasok madu palsu.
Satu pemasok menjual madu oplosan yang setelah dicek oleh ahli ternyata bukan madu asli.
"Bentuk madu palsu yang saya beli dulu hampir sama dengan aslinya, rasanya pun mirip-mirip. Tapi ahli madu tidak bisa dibohongi, dan setelah dicek ternyata itu palsu," ungkap Yendra.
Akibatnya, sekira 300 kg madu harus dibuang, dan ia mengalami kerugian jutaan rupiah.
Dari pengalaman tersebut, Yendra belajar lebih berhati-hati dalam memilih pemasok.
Ia pun memutuskan untuk membentuk tim pencari madu hutan sendiri agar bisa menjamin keaslian produknya.
Selain itu, Yendra juga menghadapi tantangan dalam membangun kepercayaan pelanggan.
Banyak orang ragu membeli madu secara online karena takut mendapatkan produk palsu.
Untuk mengatasi hal ini, ia mulai membangun reputasi dengan memberikan edukasi kepada pelanggan mengenai ciri-ciri madu asli dan manfaatnya bagi kesehatan.
"Madu Al Ghozi bisa dijamin 100 persen keasliannya, boleh dicek di mana pun," katanya.
Strategi Pemasaran Madu Al Ghozi
Bagaimana cara Yendra memasarkan produknya hingga sukses?
Merek "Al Ghozi" diambil dari bahasa Arab yang berarti kebangkitan.
Kini, produknya telah tersebar secara nasional berkat strategi pemasaran yang efektif.
"Alhamdulillah, pemasaran lancar melalui media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, dan Shopee. Saya juga pasarkan di supermarket dan event pameran besar," jelasnya.
Selain pemasaran online, Madu Al Ghozi juga tersedia secara offline melalui lebih dari 50 reseller serta beberapa toko retail, salah satunya toko oleh-oleh di Bandar Lampung.
Tak hanya itu, Yendra juga menggunakan strategi pemasaran berbasis testimoni pelanggan.
Banyak pelanggan yang puas dengan produk Madu Al Ghozi dan memberikan ulasan positif di media sosial serta marketplace.
Hal ini membantu meningkatkan kepercayaan calon pembeli dan memperluas jangkauan pasar.
Keunggulan Madu Al Ghozi
Mengapa madu Al Ghozi menjadi pilihan banyak pelanggan?
Yendra memastikan bahwa produknya diproduksi sesuai standar Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan telah teruji halal untuk dikonsumsi.
"Madu Hutan Al Ghozi tersedia dalam berbagai kemasan, mulai dari 150 gram, 330 gram, 430 gram, 480 gram, hingga 1050 gram. Semua dikemas menggunakan botol plastik food grade untuk menjaga kualitasnya," ujar Yendra.
Harga madu bervariasi, tergantung ukuran:
- 150 gram: Rp 35 ribu
- 330 gram: Rp 75 ribu
- 430 gram: Rp 95 ribu
- 480 gram: Rp 110 ribu
- 1050 gram: Rp 185 ribu
Pelanggan dapat membeli produk ini melalui Shopee Madu Al Ghozi atau langsung di rumah produksinya yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta No. 27, Panjang, Bandar Lampung, Lampung.
Selain menawarkan madu murni, Yendra juga berencana mengembangkan produk turunannya, seperti madu herbal dengan tambahan jahe dan propolis.
Inovasi ini bertujuan untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi pelanggan serta meningkatkan daya saing produknya di pasaran.
Pesan Yendra untuk Calon Pengusaha
Apa tips sukses dari Yendra bagi yang ingin memulai bisnis?
"Modal bukanlah hal utama dalam bisnis, tapi tekad dan niat harus dimatangkan. Ketika gagal, jangan menyerah, karena itu adalah ujian dalam bisnis," pungkasnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga kualitas produk dan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Menurutnya, bisnis yang berkembang adalah bisnis yang dapat membangun kepercayaan serta memberikan manfaat nyata bagi konsumen.
Dengan kerja keras, ketekunan, dan strategi yang tepat, Yendra membuktikan bahwa siapa pun bisa sukses dalam dunia bisnis, bahkan dengan modal yang terbatas.
Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha muda untuk terus berjuang dan tidak mudah menyerah.
(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama) (Ambar/TribunTravel)