Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Mitos Candi Plaosan Lor di Klaten yang Kerap Didatangai Pasangan Kasmaran, Benarkah Bikin Langgeng?

Penulis: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Candi Plaosan Lor. Tak hanya megah luar biasa, Candi Plaosan Lor memiliki mitos romantisme yang membuat banyak pasangan berkunjung.

TRIBUNTRAVEL.COM - Kabupaten Klaten terkenal dengan beberapa candi bersejarahnya.

Salah satunya Candi Plaosan Lor.

Candi Plaosan Lor. (TRIBUN JOGJA/Gilang Satmaka)

Candi ini saksi bisu sejarah peradaban kerajaan kuno, dan memiliki cerita tentang toleransi antar umat beragama. 

Adapun lokasi Candi Plaosan Lor berada di kawasan Jalan Candi Plaosan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Baca juga: Itinerary Klaten 3 Hari 2 Malam dari Jogja Naik Motor, Bujet di Bawah Rp 1 Juta

Berdasarkan penuturan Idu, seorang pemandu wisata, Candi Plaosan Lor merupakan Candi agama Buddha, yang dibangun oleh seorang putri raja bernama Pramodhawardhani atau Sri Kahulunan dari dinasti Sailendra, pada abad 9 Masehi.

Tak hanya megah luar biasa, candi satu ini memiliki mitos romantisme. 

LIHAT JUGA:

Apa itu?

Berbeda dengan mitos yang ada di Candi Prambanan, yaitu; jika ada pasangan datang ke Candi maka keduanya berisiko bakal tak langgeng hubungannya.

Nah mitos itu berbanding terbalik dengan Candi Plaosan Lor. 

Ketika membawa pasangan ke candi ini, hubungan mereka akan langgeng. 

Oleh sebab itu, Idu menyebut lokasi ini banyak dijadikan lokasi prewedding.

Suasana Candi Plaosan Lor, Minggu (16/8/2020). (TRIBUNJOGJA.COM/Almurfi Syofyan)

Memasuki kawasan Candi, pengunjung dapat menyaksikan megahnya dua candi utama yang dikelilingi bongkahan-bongkahan batuan prasasti peninggalan purbakala.

Uniknya lagi, ada dua candi utama yang mempunyai jenis kelamin yaitu, laki-laki dan perempuan.

"Candi utama yang di sebelah Selatan merupakan candi yang berjenis kelamin laki-laki, karena ukiran reliefnya menceritakan kisah perjalanan kehidupan laki-laki pada zaman kerajaan dulu, dan kebanyakan ukirannya ialah orang laki-laki," kata Idu.

Halaman
123