Salah satu sisinya terlihat bekas pecahan, warnanya hijau.
"Itulah batu bacan yang terkenal," ujar Anto menjelaskan batu yang sempat banyak diburu para pecinta batu akik.
Baca juga: Mendaki Gunung Gamkonora di Kecamatan Ibu, Halmahera Barat, Maluku Utara
Katanya, beratnya 1,5 ton dan ditemukan di Desa Palamea, Pulau Kasiruta.
Menurut catatan sejarah, awalnya Kesultanan Bacan berdiri sejak 1322 Masehi di Pulau Makian.
Khawatir ancaman letusan gunung berapi Kie Besi, keraton dipindahkan ke Pulau Kasiruta.
Baik Pulau Makian maupun Pulau Kasiruta saat ini masih tercatat dalam wilayah administrasi Halmahera Selatan.
Di Pulau Kasiruta, Keraton Kesultanan Bacan bertahan hingga empat sultan memerintah.
Barulah setelah itu Keraton Kesultanan Bacan pindah ke Pulau Bacan hingga sekarang.
Meski pusat pemerintahannya berada di Pulau Bacan, namun wilayah kekuasaannya disebut hingga daerah Papua Barat.
Baca juga: Liburan ke Halmahera Timur, Kunjungi Pulau Paniki yang Indah & Nginap di Tepi Pantai
Kesultanan Bacan banyak berperan dalam proses masuknya Islam di bumi Papua.
Kesultanan Bacan juga disebutkan tidak pernah jatuh ke tangan penjajah Belanda.
Dalam sejarahnya, kedua pihak hanya pernah memiliki hubungan dagang.
Namun kekuasaan Kesultanan Bacan pun dihapus setelah Indonesia merdeka pada 1945.
Peninggalan Kesultanan Bacan yang masih tersisa hingga saat ini adalah bangunan keraton yang kami kunjungi ini.
Bangunan keraton tersebut sekilas mirip rumah tinggal biasa.
Baca tanpa iklan