Untuk mencapai lokasi, jarak yang ditempuh yakni sepanjang 18 kilometer atau sekitar 20 menit dari pertigaan ini.
Sesampainya di Desa Banyumeneng, agar tidak bingung, pengunjung ambil arah ke Pesantren Girikusumo.
Lokasi Watu Lempit tidak jauh dari pesantren tersebut. Area parkirnya berada di sisi selatan pesantren.
Dari lokasi parkir, pengunjung harus berjalan sekitar 200 meter untuk mencapai lokasi.
Pengunjung akan menyusuri hutan jati dan sesekali akan menemui rimbunnya pohon bambu selama berjalan menuju lokasi.
Baca juga: HTM Kemit Forest Education Oktober 2024, Wisata Hits di Karanggedang, Sidareja, Cilacap, Jateng
Setiap pengunjung ditarik retribusi sebesar Rp 7.500. Sementara, untuk parkir sepeda motor, tarifnya Rp 2 ribu dan mobil Rp 5 ribu.
Objek wisata yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Dadi Makmur Desa Banyumeneng ini, secara resmi dibuka sejak 2020. Tempat itu ramai saat akhir pekan.
"(Saat akhir pekan) bisa 500 sampai 700 tiket yang terjual," ujar pengelola wisata Fajar Wahyu Zulianto, Minggu (19/9/2021).
Ini merupakan kali pertama objek wisata tersebut dibuka, lengkap dengan sejumlah pentas hiburan di sekitar lokasi Watu Lempit.
Ada hiburan barongsai, naga, dan ondel-ondel. Itu semua disediakan demi menarik pengunjung.
Ke depan, hiburan akan dikemas dalam bentuk semacam festival. Dan akan digelar secara berkala, setiap bulan.
"Kami juga akan menggelar pentas kesenian kuda lumping, barongsai. Pesertanya dari pemuda desa sini," kata dia.
Salah seorang pengunjung asal Kedungmundu, Kota Semarang, Siti Nur Inayah (32), mengaku sengaja memboyong kedua anaknya untuk menghabiskan akhir pekan di Watu Lempit.
Ini merupakan kunjungan pertamanya. Berbekal informasi dari seorang kawan, dia rela menempuh perjalanan dari Kota Atlas demi melunasi rasa penasaran.
"Bagus. Lumayan buat anak-anak. Cuma Rp 7.500 sudah menyenangkan anak-anak," kata Inayah.