Saat memasuki rumah akan langsung menuju ruang tamu dan juga satu kamar menuju kebagian tengah terdapat ruang keluarga dengan dua buah kamar.
Bangunan dengan mengusung gaya eropa jaman dulu ini memiliki lorong penghubung yang dijadikan sebagai ruang tamu.
Sedangkan bangunan utama disamping adalah ruang penyimpanan, dapur dan juga kamar mandi dan toilet.
Baca juga: Lokasi dan Harga Tiket Grand Elty Krakatoa, Merak Belantung, Kalianda, Lampung Selatan, Lampung
Menuju bagian depan ruangan samping ada ruangan yang saat ini digunakan untuk keluarga Misnawati. Pada zaman dulu ruangan tersebut sempat digunakan untuk kantor desa.
"Pernah juga digunakan untuk kantor kepolisian, memiliki halaman yang luas juga jadi dulu sering digunakan untuk mengadakan acara," ujarnya.
Jika dilihat dari depan seperti terdapat dua rumah padahal ada lorong penghubung diantara keduanya.
Disebut rumah batu karena lantainya terbuat dari batu keramik yang tebal dan licin.
Saat memasuki rumah yang dibangun tahun 1926 ini, akan merasakan dingin walaupun cuaca sedang panas.
Isnawati mengatakan dirinya bersama keluarga bahkan tidak membeli kipas angin karena pada saat siang haripun di dalam rumah tetap terasa dingin, begitupun saat malam hari.
"Pada saat bulan Ramadan sangat nyaman karena sejuk, biasanya tidur di lantai karena lantainya dingin," ujarnya.
Pemilik pertama rumah yang sudah dijadikan cagar budaya ini adalah pasangan H Napiah dan Hj Karang yang merupakan saudagar karet yang sukses.
Misnawati yang saat ini dipercaya untuk merawat dan tinggal di rumah batu ini mengatakan bahwa pemilik pertama rumah batu merupakan saudagar karet yang sukses.
H Nafiah membeli hasil perkebunan karet di Balangan dan menjualnya ke perusahaan karet masa itu.
Hampir seluruh petani karet di Balangan mengenal sosok H Napiah yang biasa disapa Hanafie, selain saudagar yang kaya juga merupakan tokoh masyarakat.
Baca juga: Pantai Karang di Denpasar Bali, Tempat Wisata Favorit Bagi Penggemar Snorkeling
"Dari cerita kekek saya dulu, rumah ini juga sempat menjadi tempat berkumpul sebelum Indonesia merdeka oleh tokoh tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan," ungkapnya.
Baca tanpa iklan