Keukarah khas Aceh/kue sangkar burung khas Aceh.
Selain itu, di lokasi juga telah tersedia bangku-bangku taman serta tempat untuk lesehan yang bisa pengunjung tepati.
Di lokasi juga terdapat tempat untuk beribadah lengkap tempat berwudhu dan toiletnya.
Serta di sekitar lokasi juga terdapat warung-warung kecil bila ingin sekedar membeli minuman dan makanan.
Bila pengunjung membawa keluarga, khusus anak-anak tentu di sana bisa bercerita dan mengenal sejarah Radio Rimba Raya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah Radio Rimba Raya
Perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan pasca Proklamasi adalah masa-masa yang sangat sulit dan genting.
Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, negara Indonesia masih mendapat Agresi Militer dari Belanda pada tanggal 21 Juni 1947.
Dilansir dari halaman djkn.kemenkeu.go.id, saat itu Belanda masih tidak mengakui kemerdekaan Indonesia sehingga pada tanggal 19 September 1948 Agresi Militer kembali kembali terjadi.
Belanda menyebar berita bohong tentang bubarnya negara Indonesia kepada seluruh dunia.
Sehingga Belanda pun memutus semua akses Indonesia kepada dunia Internasional dengan cara menghancurkan Radio Republik Indonesia (RRI) di Yogyakarta.
Namun, di provinsi Aceh tepatnya di kawasan Aceh Tengah (sekarang Bener Meriah), masih terdapat sebuah radio yang bernama Radio Rimba Raya yang masih mengudara.
Di Radio Rimba Raya inilah yang akhirnya menyuarakan bahwa negara Indonesia masih ada dan merdeka.
Ketika itu, Radio Rimba Raya memancarkan siarannya dengan menggunakan lima bahasa termasuk bahasa Urdu.
Siaran Radio Rimba Raya dilakukan menggunakan stasiun radio dengan berkekuatan 1 kilowatt pada frekuensi 19,25 dan 61 meter.
Siarannya, berisikan bantahan-bantahan terhadap klaim Belanda tentang bubarnya negara Indonesia.
Baca tanpa iklan