Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Pulau Kera

Pulau Kera, Objek Wisata di Kecamatan Semau, Kupang, NTT yang Jadi Primadona Turis

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesona Pulau Kera, destinasi di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang jadi primadona turis.

TRIBUNTRAVEL.COM - Berbicara soal tempat wisata di Nusa Tenggara Timur memang seolah tak ada habisnya.

Apalagi kalau kamu mengunjungi Kupang.

Ada banyak tempat wisata yang bisa dijelajahi.

Satu di antaranya yaitu Pulau Kera.

Baca juga: Sungai Kala Ili, Surga Tersembunyi di Tengah Hutan Linge Aceh Tengah, Aceh untuk Healing Sejenak

Pulau Kera merupakan tempat wisata alam yang populer di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Objek wisata ini lokasinya tepat berada di depan Kota Kupang.

Pulau Kera di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Net)

Meski namanya Pulau Kera, tapi tempat ini bukan dihuni oleh kawanan kera atau monyet.

Malah, Pulau Kera adalah sebuah atol yang tidak berpenghuni.

Baca juga: Goa Putri Pukes di Aceh Simpan Kisah Misteri dan Sumur Unik yang Berair 6 Bulan Sekali

Pulau itu mulai didiami dalam 30 tahun terakhir oleh pendatang dari Sulawesi.

Nama 'Kera' berarti penyu dan masyakarat pun menemai Pulau Kera atau Pulau Penyu.

Secara adiministraip Pulau Kera merupakan bagian dari Desa Uiasa, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Spot ini memiliki pasir yang putih serta gugusan karang yang indah dan sering dijadikan tempat diving bagi pencinta bawa laut.

Pulau Kera didiami oleh 300 jiwa. Kendati memiliki potensi besar menjadi destinasi wisata, namun akses menuju pulau ini amat sulit. (Kompas.com/Sigiranus Bere)

Baca juga: Penangkaran Penyu Pulau Banyak, Tempat Wisata di Aceh Singkil, Aceh Favoritnya Turis

Pulau Kera merupakan pulau kecil yang berukuran 1 kilometer persegi dan dihuni nggak lebih dari 100 kepala keluarga. 

Rumah penduduk disini sangat sederhana, yakni tiang yang diberi penutup seperti gubuk.

Tidak ada satu warung makan pun yang dapat ditemui, sehingga para pengunjung disarankan membawa makanan sendiri. 

Halaman
1234