TRIBUNTRAVEL.COM - Agrowisata menjadi tren wisata baru yang menarik untuk dicoba.
Nah, buat kalian yang liburan ke Klaten, jajal keseruan mengunjungi agrowisata petik buah klengkeng.
Tentunya destinasi ini menyuguhkan pengalaman liburan yang berkesan.
Terlebih agrowisata yang berfokus pada tanaman klengkeng sangat jarang ditemui.
Baca juga: Cepogo Cheese Park, Tempat Wisata Hits di Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah untuk Liburan Akhir Pekan
Agrowisata petik buah klengkeng cocok banget bagi kalian yang berlibur bersama keluarga.
Sebab tak hanya menawarkan wisata saja, melainkan juga dari sisi edukatif.
Sayang rasanya bila liburan ke Klaten tanpa mengunjungi tempat wisata tersebut.
Agrowisata petik buah klengkeng diinisiasi oleh warga Dukuh Karangkendal, Desa Bengking, Kecamatan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
Destinasi itu terbentuk berkat kerja sama dari petani muda desa setempat yakni, Muhammad Wiji Supriyono (36) yang akrab disapa supri dan masyarakat desa setempat yakni Kelompok Tani Sarana Makmur.
Baca juga: Cara ke Laa Waa River Park, Wisata Alam di Nuha, Luwu Timur, Sulawesi Selatan yang Lagi Hits
Ada sekitar 1000 tanaman yang tersebar di kebun hingga di pekarangan rumah milik warga.
Sebelum menjadi agrowisata petik buah kelengkeng, sekitar 2013, Supri tersebut mengembangkan agrowisata petik buah jeruk dari kebun namun gagal.
Akhirnya muncul ide untuk membudidayakan agrowisata petik buah kelengkeng dengan mengajak kelompok tani desa setempat.
Saat itu dirinya mengawali dengan menanam puluhan pohon kelengkeng di kebun miliknya seluas 1.000 meter persegi, namun, kualitas buah yang ditanam tak sesuai harapan.
"60 puluh pohon kelengkeng sampai 2 tahun tidak menunjukkan potensi yang bagus akhirnya kita bongkar, karena kalau diteruskan kita rugi di waktu," ungkapnya.
Setelah 2 tahun menanam hasil yang diharapkan tidak sesuai. Membuatnya berfikir mencari solusi.
"Kita waktu itu mengawali menanam kelengkeng tapi hasilnya tidak sesuai, sampai akhirnya kita mengundang narasumber yang berkompeten agar hasil tanaman yang kita hasilkan bagus," jelasnya.
Baca juga: Gunung Gamkonora Halmahera Jadi Spot Pendakian Favorit di Maluku
Konsultasi tersebut membuat Supri dan Kelompok Tani di di Desanya mengembangkan tanam pohon kelengkeng itoh super.
Mereka mencoba menerapkan teknologi pertanian dengan sistem okulasi hingga satu batang tanaman lengkeng memiliki buah lengkeng beragam.
Sekaligus memanfaatkan tanaman kelengkeng yang 2 tahun sebelumnya pernah ia tanam.
Karena melihat potensi yang ada, akhirnya kelengkeng tersebut juga ditanam di tanah pekarangan milik warga sehingga hampir setiap warga memiliki tanaman kelengkeng di pekarangan rumahnya.
Seiring berjalannya waktu, kini Supri juga mengembangkan ke sektor peternakan yakni lebah madu.
Untuk menarik pengunjung, Kelompok Tani Hutan Sarana Makmur menawarkan beberapa paket eduwisata.
Selain wisata petik buah, ada juga paket eduwisata yang ditawarkan dimulai dari Rp 5 ribu per orang, yakni wisata tanaman, sedangkan jenis tanamannya disesuaikan dengan permintaan pengunjung.
Kedua paket UMKM Rp 7 ribu per orang, dengan paket tersebut pengunjung dapat melihat sekaligus merasakan langsung hasil olahan UMKM di desa setempat yakni produksi tortilla jagung.
Yang ketiga adalah paket lebah madu senilai Rp 5 ribu per orang, paket tersebut memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk melihat proses produksi lebah madu klanceng atau lebah mellifera.
Pengunjung juga bisa melihat proses budi daya serta memegang lebah sekaligus mencicipi madu secara langsung.
Selain itu, bagi ada juga sapi yang disewakan bagi pengunjung yang ingin berkeliling desa sambil menunggang sapi.
"Kalau pengunjung berminat, juga bisa menunggang sapi keliling desa dengan biaya Rp 50 ribu per satu ekor setiap 30 menit," ungkapnya.
Baca juga: Cara ke Tebet Eco Park Naik KRL dan TransJakarta, Cek Juga Harga Tiket Masuk & Jam Buka
Supri menjelaskan jika pengunjung yang datang ke desa tersebut rata-rata dari siswa, baik dari dalam dan luar Kabupaten Klaten.
Untuk kedepannya pengembangan agrowisata dan eduwisata itu akan terus dilakukan.
“Kami mengembangkan ini bukan semata-mata mencari profit, tetapi lebih ingin menggerakkan masyarakat," tegasnya.
Nantinya, wisata petik buah akan difokuskan pada hari Sabtu Minggu, sedangkan eduwisata akan diterapkan pada hari kerja.
"Wacana ke depan kita ingin membangun beberapa tempat seperti tempat parkir dan pendopo agar pengunjung lebih nyaman saat berkunjung ketempat kami,” harap Supri.
Ditemui di lokasi yang sama, Ketua Kelompok Tani Sarana Makmur, Wiyono, mengatakan jika kelengkeng di tempatnya tidak hanya bisa dinikmati pada musim-musim tertentu.
"Kalau panen raya itu di bulan September Oktober, namun kelebihan dari kelengkeng etos super dapat berbuah sesuai keinginan kita," jelas Wiyono.
"Kalau mau dibuat sebulan sekali berbuah juga bisa," tambahnya.
Baca juga: Glamping Seru Tak Jauh dari Pusat Kota, Kunjungi Dsvarga di Maguwoharjo, Depok, Sleman, Jogja
Dengan penerapan teknologi pertanian, proses tumbuh pohon kelengkeng untuk mengatur waktu berbuah adalah hal yang mungkin dilakukan untuk saat ini.
Sehingga bukan hal yang mustahil untuk pohon kelengkeng yang ada di wilayah tersebut bisa dipanen setiap akhir pekan secara bergantian.
(TribunSolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo)(TribunTravel.com/mym)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Mau Wisata di Klaten ? Yuk, Cobain Agrowisata Petik Buah Klengkeng di Jatinom
Baca tanpa iklan