Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Wanita Asal Ponorogo Jatim Bikin Kerajinan Patchwork, Pernah Dikirim ke Malaysia hingga AS

Penulis: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi patchwork. Istianaturrosyidah memproduksi berbagai macam patchwork, dari pouch (tas kecil), tas besar, tempat kacamata, dompet dan berbagai macam lainnya.

TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang ibu rumah tangga (IRT) asal Ponorogo, Jawa Timur, Istianaturrosyidah, menggeluti UMKM patchwork.

Patchwork adalah kerajinan yang menggabungkan potongan kain perca yang memiliki motif dan warna berbeda menjadi bentuk baru.

Kerajinan patchwork produksi Istianaturrosyidah, ibu rumah tangga asal Ponorogo sudah menyebar. (TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum)

Saat ini kerajinan patchwork produksi Istianaturrosyidah sudah menyebar.

Tidak hanya di tanah air, namun juga luar negeri seperti di Amerika Serikat dan Malaysia.

Baca juga: Kisah Pasutri di Ponorogo Bikin Kerajinan Tas Anyaman Jali, Berawal dari Kesulitan Cari Kerja

Di rumahnya, Istianaturrosyidah memproduksi berbagai macam patchwork. 

Mulai dari pouch (tas kecil), tas besar, tempat kacamata, dompet dan berbagai macam lainnya.

LIHAT JUGA:

Tangan Istianaturrosyidah terlihat cekatan.

Di mana memilah kain perca yang telah dibelinya, kemudian memotongnya sesuai ukuran yang diinginkan.

Tak hanya satu kain saja yang dipotong, ada kain lain yang turut dipotong.

Dia mengaku sedang mengerjakan pesanan dari konsumen yang berdomisili di Papua.

“Sudah langganan, beberapa kali malah kalau yang papua ini melakukan pemesanan,” ungkap Istianaturrosyidah, Sabtu (10/8/2024).

Ilustrasi patchwork. (Unsplash/Olga Ferina)

Istianaturrosyidah menyebutkan menggeluti dunia kerajinan patchwork sudah dua tahun.

Masih baru, namun kerajinan patchwork menjadi sumber nafkahnya.

“Saya juga menyangka. Padahal lulusan keperawatan salah satu universitas negeri di Jawa Timur ini,” kisah Ana—sapaan akrab—Istianaturrosyidah.

Ana mengaku belajar patchwork secara otodidak.

Memang bapaknya adalah seorang penjahit.

Namun bukan berarti, orang tuanya membelajari dirinya menjahit.

“Jadi semua serba otodidak. Bapak memang penjahit. Tetapi penjahit kaos. Sedangkan patchwork perlu metode khusus,” terang ibu satu orang anak ini.

Dia menjelaskan bahwa membuat patchwork secara otodidak. 

Baca juga: Cerita Remaja Ponorogo Lahir di Pesawat Garuda Indonesia, Dapat Tiket Terbang Gratis Seumur Hidup

Setelah sebelumnya dia membuat masker home made saat pandemi Covid-19.

“Setelah habis masanya, saya mulai belajar lewat youtube. Bagaimana cara membuat patchwork. Bahkan dua tahun lalu saat percobaan saya pernah frustasi,” tambahnya.

Dia menjelaskan melakukan percobaan pembuatan patchwork sampai 5 kali.

Namun di mata dirinya selalu tidak berhasil dan sempat mau mogok tidak melanjutkannya.

Ilustrasi patchwork. (Unsplash/Dinh Pham)

“Njelalah (kebetulan) pasti ada jalan. Saya dapat ide dengan meluhat YouTube atau media sosial lain. Dan jadi seperti ini. Saya beri nama Ana dan Suna. Nama saya dan anak saya,” kata Ana.

Menurutnya, bahan dasar kerajinan patchwork miliknya adalah kain perca. 

Dia membeli dari perusahaan garmen dengan harga kiloan.

“Sehingga dapat kainnya ndak sama. Kadang lebar kadang kecil. Mungkin juga tidak bisa seragam begitu. Hanya produksi beberapa saja,” tegasnya.

Sehari, dia bisa membuat patchwork jenis pouch sampai 10.

Dengan catatan patchwork yang dibuatnya seragam.

Namun jika berupa sambungan dengan berbagai macam kain, patchwork jenis pouch hanya dua saja dalam satu hari.

“Kalau tas yang besar tentu lebih lama, berhari-hari. Satu bulan terjual 30 pcs. Macam-macam, ada tas, dompet. Harga mulai Rp 40 ribu,” sebutnya.

Baca juga: Telaga Ngebel dan 4 Tempat Wisata di Ponorogo yang Lagi Hits Buat Dikunjungi saat Liburan

Yang paling mahal adalah tas dengan patokan harga untuk tas besar adalah Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu.

Tergantung besar dan tingkat kerumitan.

“Berbicara omzet tentu naik turun. Ya mungkin omzet Rp 5 juta. Itu kurang lebih sih. Alhamdulillah kalau kerajinan patchwork itu tidak ada pasang surut,” tegasnya.

Di mana, tidak tergantung orang punya hajat maupun moment tertentu. Ana pun memasarkan melalui media sosial miliknya. Dan pasarnya terjangkau jauh tidak hanya di bumi reog saja.

“Kalau di Indonesia seluruh Pulau kayaknya pernah kirim ya. Lalu di luar negeri ke Amerika Serikat dan Malaysia,” paparnya.

Yang beli dari Amerika Serikat dan Malaysia diklaim adalah warga sana. Bukan warga Indonesia yang bekerja di Amerika Serikat maupun Malaysia.

“Doakan saja bertahan dan terus berkarya,” pungkasnya.

(TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kerajinan patchwork Milik Ibu di Ponorogo Tembus Amerika dan Malaysia, Manfaatkan Kain Perca.