Selain itu, di Mangrove Kelumu juga dijadikan warga setempat sebagai lokasi budidaya kepiting bakau.
Baca juga: Pesta Pernikahan Sultan Riau Viral di Medsos, Digelar di Rumah tapi Dekorasi Mewah Mirip Hotel
Pembangunan Mangrove Kelumu berasal dari anggaran Desa Kelumu tahun 2019.
Seorang pengunjung, Fita (24), mengaku takjub dengan wisata yang memiliki kerimbunan pohon bakau yang masih asri.
"Saat angin bertiup, menambah hangatnya wisata di sini. Suasananya enak, nyaman, bakaunya masih asri," ungkap Fita kepada Tribun Batam, Sabtu (11/05/2024) siang.
Fita menilai, jembatan yang dibangun sangat panjang, sehingga menambah kepuasannya ketika berjalan lebih jauh untuk menelusuri hutan bakau ini.
Belum lagi di lokasi wisata ini juga disediakan menara di tengah-tengahnya.
"Pas sampai di atas menara itu rasanya puas bisa memandang lebih jelas pohon-pohon bakau yang masih asri dan warna-warni lokasi ini," ujar Fita.
Fita berharap agar warga setempat juga menjual jajanan di sini, sehingga pengunjung tak perlu khawatir jika perut keroncong atau pun haus.
"Di bawah rimbun pohon bakau ini kita bisa berteduh, mana yang bawa bekal bisa makan di bawahnya sambil tertiup angin," tambah Fita.
Akses Transportasi Mudah
Akses menuju Desa Kelumu mudah dijangkau.
Karena lokasinya sudah mempunyai fasilitas jalan yang memadai.
Wisatawan dari luar Kabupaten Lingga, khususnya dari Batam dan Tanjungpinang yang hendak menuju Kabupaten Lingga, bisa menggunakan transportasi laut dari pelabuhan.
Penumpang bisa melewati Pelabuhan Telaga Punggur, dengan kapal fery dari Batam ke Lingga, setiap hari pada pukul 10.30 WIB.
Kapal fery biasanya berangkat setiap harinya, Lintas Kepri dan Ocean Dragon 5. Kapal ini akan menurunkan penumpang pada dua lokasi pelabuhan di Kabupaten Lingga.