Mereka mengabadikan momen di dekat batu yang dinamai "Watu Ahu".
Ada legenda di balik batu ini dan dipercayai masyarakat sekitar.
Kepala Desa Ojan Detun, Yohanes Nani Ipir kepada TribunFlores.com, Senin (15/7/2024) menceritakan asal muasal Watu Ahu ini.
Ia mengatakan Watu Ahu yang artinya batu kepala anjing ini tertanam dalam pasir pantai dan mengarah ke Laut Sawu.
Baca juga: Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Saloka At Night Agustus 2024, Gratis Wahana Sepuasnya
Kisah Mahing Rotan Seorang Pria Pemburu dan Anjingnya
Watu Ahu yang berarti batu anjing menyimpan kisah tentang seorang pria perkasa yang selalu membawa anjing peliharaan saat berburu hewan di hutan.
Pria itu adalah Mahing Rotan, nenek moyang orang Ojan Detun. Sewaktu pulang berburu, Mahing Rotan bertemu dengan seorang pria seusia dengannya, Klatan.
Klatan berasal dari Hewa, kampung tetangga dengan Mahing. Klatan sedang asyik mancing di pinggir pantai tiba-tiba menyembelih anjing milik Mahing lalu membuang kepalanya ke air laut.
"Anjingnya dipenggal lalu lempar ke laut. Badan dan kepala terpisah. Kepala anjing itu berada persis di depan Watu Ahu," cerita Yohanes Nani Ipir.
Lokasi Watu Ahu dulunya milik Klatan namun sudah diserahkan ke garis keturunan Rotan sebagai ganti rugi karena mengambil hasil buruan dan membunuh anjing milik Mahing Rotan.
Tetap Terawat
Yohanes Ipir menerangkan, legenda versi Kokang ini tetap terawat dan sudah diakui melalui mantra adat dalam pelaksaan ritus sakral.
"Sampai sekarang sudah diakui. Dalam bahasa atau tuturan mantra juga diucapkan sampai di situ," ungkapnya.
Cerita sejarah Watu Ahu menyimpan bukti berupa benda pusaka yaitu kayu tusuk daging rusa milik Mahing Rotan yang hingga saat ini tersimpan dalam rumah adat.
"Kayu tusuk itu sekarang sudah jadi besi yang kami simpan di dalam Rumah Adat Suku Rotan," tandasnya.