Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Heboh 2 Pendaki Adu Jotos karena Rebutan Tempat Foto di Gunung Everest, Videonya Viral

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi para pendaki Gunung Everest.

Hal ini memicu munculnya stroke dan paru-paru basah, atau dinamakan High Altitude Pulmonary Edema (HAPE).

Gejala HAPE antara lain kelelahan, sesak napas pada malam hari, dan kerap merasa lemah.

Penderita HAPE juga bisa batuk mengeluarkan cairan putih, berair, atau berbusa.

Jika batuk seperti ini cukup parah, bisa membuat tulang rusuk patah.

Seseorang yang menderita HAPE biasanya memiliki napas pendek.

Windsor mengungkap, pendaki yang mengantre di zona kematian, napasnya mirip orang yang sedang sekarat.

Saat seseorang sulit bernapas, artinya sedikit oksigen yang masuk ke dalam aliran darah dan diterima organ seperti otak.

Otak yang tidak cukup mendapat oksigen akan mengalami pembengkakan sehingga membuat mual dan mulai halusinasi.

"Hipoksia (kurangnya sirkulasi oksigen ke organ tubuh, seperti otak) terjadi karena pendaki gagal beradaptasi di zona kematian," ungkap pakar ketinggian Peter Hackett.

Hackett menerangkan, ketika otak tidak mendapat cukup oksigen akan memicu High Altitude Cerebral Edema (HACE).

HACE inilah yang memicu munculnya rasa mual, lelah, sulit berpikir, hingga mengalami halusinasi.

TribunTravel/nurulintaniar

Kumpulan artikel viral