Hidup terus berjalan seperti itu, dia dan suaminya bertambah tua dan berhenti bekerja sebagai tukang batu.
Anak-anaknya sudah besar sehingga mereka kembali menyumbangkan uang kepada keluarga untuk membangun rumah luas yang mereka miliki saat ini.
Setelah kedai es tehnya viral, banyak yang ke sana karena penasaran.
“Banyak juga orang yang mengolok-olok saya, dan saya juga menganggapnya menyenangkan.
Baca juga: Panduan Lengkap Liburan ke Hanoi Vietnam: Penerbangan, Transportasi, Hotel Murah, dan Kuliner
Anak-anak berfoto untuk menggoda saya, namun saat itu mobil mewah tersebut bukan milik keluarga saya melainkan dikirim oleh teman putri saya,” jelas Hong.
Meski berjualan es teh, Hong mengaku berjualan hanya untuk mengisi waktu luang, bukan untuk mencari nafkah atau terlalu sengsara.
Setiap hari, ia tetap bangun pagi untuk mulai berjualan pada pukul 06.00, istirahat makan siang, dan berjualan hingga pukul 20.00.
“Keluarga saya tidak kaya tapi tidak kekurangan pangan lagi.
Saya berjualan es teh bukan untuk mencari nafkah agar dapat uang.
Saya tidak punya uang pensiun, jadi menjual es teh itu seperti pensiun.
Setelah menjalnai hal ini selama beberapa dekade, saya tidak mau menyerah.
Saya senang menjual dan bersantai untuk mendapatkan uang kembalian tambahan, tapi ini tidak merugi,” katanya.
Menurut Hong, ia bisa membeli tanah untuk membangun rumah di sini adalah karena uang yang mereka berdua tabung dari hasil bekerja bersama anak-anaknya, bukan dari hasil penjualan es teh.
“Tidak mungkin membeli rumah dengan menjual es teh, uang sebanyak itu tidak bisa didapat.
Bukannya saya jual es teh untuk beli rumah, tapi saya beli rumah makanya saya jual es teh,” ujar wanita teserbut tersenyum bahagia.