Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Menu Makan Malam Kelas Satu dari Titanic Dijual Seharga Rp 1,5 Miliar di Lelang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar yang diambil dari pemindaian digital yang dirilis oleh Atlantic/Magellan pada 19 Mei 2023 menunjukkan pemandangan Titanic di Samudra Atlantik yang dibuat menggunakan pemetaan laut dalam. Pemindaian 3D ukuran penuh pertama dari bangkai kapal Titanic dapat mengungkapkan lebih banyak detail tentang perjalanan naas kapal laut melintasi Atlantik lebih dari seabad yang lalu. Gambar beresolusi tinggi merekonstruksi bangkai kapal yang terletak di kedalaman hampir 4.000 meter (13.100 kaki) dengan

Hal ini membuat menu Titanic seperti yang baru saja dijual seharga $100.000 berupa dokumen langka dan menghantui.

Lantas bagaimana menu 11 April bisa sampai ke tangan Henry Aldridge & Son Ltd?

Penjualan Menu Titanic 11 April

Seperti yang dijelaskan The New York Times , menu Titanic tanggal 11 April 1912 ditemukan dalam album milik Len Stephenson, seorang sejarawan komunitas di Dominion, Nova Scotia.

Upaya penyelamatan Titanic berbasis di dekat Halifax, mungkin itulah asal muasal Stephenson mendapatkannya.

“Saya telah berbicara dengan beberapa museum di seluruh dunia, dan saya telah berbicara dengan sejumlah kolektor Titanic kami,” kata Aldridge, direktur rumah lelang, tentang menu Titanic 11 April . “Saya tidak dapat menemukan yang lain di mana pun.”

Menu tersebut, yang rusak akibat air dan mungkin diambil dari Samudera Atlantik, mencantumkan makanan mewah yang tersedia bagi penumpang kelas satu di bawah lambang merah kebanggaan White Star Line.

Para ahli menduga benda itu diambil oleh seseorang sebagai kenang-kenangan saat mereka melarikan diri dari kapal yang tenggelam.

Dan itu bukan satu-satunya kenang-kenangan yang dijual rumah lelang tersebut.

Selain itu, Henry Aldridge & Son Ltd juga melelang selimut tartan yang digunakan oleh penyintas untuk menghangatkan diri di sekoci dan jam saku milik Sinai Kantor , seorang imigran Rusia yang tewas saat tenggelam.

Penjualan menu, selimut, jam tangan, dan barang lainnya bukannya tanpa kontroversi.

Harry Bennett, seorang profesor sejarah maritim di Universitas Plymouth, mengatakan kepada The New York Times bahwa barang-barang seperti ini “mungkin lebih baik disimpan di museum daripada disimpan di tangan swasta.”

Ke mana pun mereka pergi, mereka pasti menceritakan kisah yang menggugah tentang seperti apa kehidupan — dan kematian — di kapal RMS Titanic yang hancur.

Ambar/TribunTravel