Berkaca pada penembakan Siam Paragon Mall, Natthaphat menyarankan tindakan pengamanan di mal lebih ketat, termasuk pemeriksaan tas secara menyeluruh.
Dia menunjukkan keterlambatan dalam sistem peringatan pada saat kejadian, dan mengatakan bahwa sepuluh menit setelah penembakan dimulai, mal masih beroperasi seperti biasa tanpa ada pengumuman peringatan.
Selain pengamanan di mal, sorotan lain menjadi fokus masyarakat Thailand.
Sorotan yang dimaksud terkait dengan kepemilikan senjata.
Baca juga: Cara Mengklaim Vat Tax Refund buat Kamu yang Berbelanja di Thailand
Thailand memiliki senjata api terbanyak di ASEAN dan berada di peringkat ke-13 di dunia dengan jumlah kematian akibat senjata api terbanyak menurut Survei Senjata Kecil Swiss (SAS).
Menyusul penembakan kemarin di mal Siam Paragon di Bangkok , muncul pertanyaan tentang kemudahan warga Thailand mengakses dan memiliki senjata.
Penduduk setempat mengatakan bahwa undang-undang Thailand mengenai kepemilikan dan penjualan senjata api tidak cukup ketat karena seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dengan mudah mendapatkan senjata.
Di Thailand, orang yang kedapatan memiliki senjata api tanpa izin dapat dikenakan denda hingga 20.000 baht dan hukuman penjara hingga 10 tahun.
Proses mendapatkan izin kepemilikan senjata memerlukan beberapa tahapan dan pelatihan.
Menurut laporan Channel 3, meskipun ada undang-undang yang ketat mengenai kepemilikan senjata api ilegal di Thailand, masalah ini masih belum terselesaikan.
Media mengungkapkan temuan survei SAS mengenai kepemilikan senjata di Thailand, yang mengungkapkan bahwa warga negara Thailand memiliki lebih dari 10 juta senjata api, dan hanya enam juta di antaranya yang terdaftar secara sah.
Hal ini menempatkan Thailand pada peringkat ke-13 di dunia dalam hal kepemilikan senjata.
Meskipun jumlah kepemilikan senjata api di Thailand jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat, negara ini menempati peringkat teratas di kawasan ASEAN, sehingga berkontribusi terhadap menjamurnya pasar gelap senjata ilegal.
Survei lain menggarisbawahi pentingnya mengatasi masalah ini.
Pada tahun 2019, Institut Pengukuran dan Evaluasi Kesehatan di Universitas Washington di AS melaporkan bahwa Thailand memiliki jumlah kasus pembunuhan dengan senjata api tertinggi kedua secara global.
Situs web World Population Review juga mengidentifikasi Thailand sebagai negara tertinggi ke-15 dalam hal kematian akibat senjata api, dengan 2.804 kematian pada tahun tersebut.
Negara-negara teratas dalam daftar ini termasuk Brasil (lebih dari 49.000 kasus), Amerika Serikat (37.000 kasus), Meksiko (22.118 kasus), India (14.712 kasus), dan Kolombia (133.171 kasus).
Ambar/TribunTravel