Menurut Azman Latif, pihaknya tidak pernah mematok tarif parkir.
Sehingga, keluhan dari warganet tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan masjid milik Keraton Jogja itu.
"Pada karcis itu tertulis jelas parkir wisata kawasan khusus Alun-alun Utara dan jelas bukan parkir Masjid Gedhe. Pelataran Masjid Gedhe sudah beberapa tahun terakhir tidak diperbolehkan kendaraan roda empat masuk dan diberi portal," kata Azman Latif, Minggu (30/4/2023).
Azman Latif juga mengatakan jika foto karcis parkir yang viral itu jelas salah sasaran.
"Jadi, foto karcis berlatar belakang masjid dan bahkan dituliskan parkir Masjid Gedhe Kauman dan seakan itu merupakan parkir yang dikelola masjid, jelas salah sasaran, serta sesat tuduhan," imbuh Azman Latif.
Baca juga: Mengenal Masjid Jogokariyan, Tempat Wisata Religi di Jogja yang Ramai Dikunjungi saat Ramadhan
Azman Latif mengungkapkan bahwa selama ini Masjid Gedhe Kauman hanya menarik retribusi pada momen-momen peribadatan tertentu.
Salah satu momen peribadatan yang dikenakan retribusi tarif parkir, seperti contohnya salat Jumat.
Namun, secara spesifik tarif parkirnya pun tidak ditetapkan secara rinci hanya sebatas infak saja.
"Kami tidak pernah menetapkan tarif. Kalau parkir di halaman masjid, terutama roda dua, itu ada karcisnya sendiri dan tarif seikhlasnya," ungkap Azman Latif.
Mengenal Masjid Gedhe Kauman di Jogja
Masjid Gedhe Kauman sendiri menjadi salah satu masjid tertua di Jawa.
Dilansir dari TribunJogjaWiki.com, Masjid Gedhe Kauman di Jogja berdiri di atas tanah 4.000 meter persegi dengan luas bangunan 2.578 meter persegi.
Baca juga: 7 Masjid Terdekat dari Stasiun Tugu Jogja, Bisa Dikunjungi Ketika Mencari Tempat Beribadah
Letak Masjid Gedhe Kauman berada di sebelah kiri Kraton Jogja, tepatnya di Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta atau di sisi barat Alun-alun Utara.
Bangunan Masjid Gedhe Kauman berdiri di tanah milik Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sejarah berdirinya Masjid Gedhe Kauman diprakarsai oleh 2 tokoh, Sri Sultan Hamengkubuwono I dan Kiai Penghulu Faqih Ibrahim Diponingrat.