Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Viral Restoran Ramen di Tokyo Jepang Larang Pelanggan Makan Sambil Nonton Video Youtube di Ponsel

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi makan ramen. Viral di media sosial restoran ramen di Tokyo Jepang melarang pelanggan makan sambil nonton video Youtube di ponsel.

TRIBUNTRAVEL.COM - Lingkungan Takadanobaba di Tokyo Jepang terkadang disebut sebagai “medan perang ramen”.

Dengan Universitas Waseda dan beberapa sekolah khusus yang terletak di dalam distrik, Takadanobaba dipadati siang dan malam dengan mahasiswa yang kelaparan, yang telah menghasilkan satu tempat makan mi dengan konsentrasi tertinggi di Tokyo dan persaingan ketat untuk mendapatkan pelanggan.

Baca juga: Tiket Pesawat Murah ke Jepang, Terbang Rute Jakarta-Tokyo Mulai Rp 11 Jutaan

Takadanobaba, kawasan di Tokyo Jepang yang terkenal dengan kedai ramennya (Yaniv Klein /Unsplash)

Baca juga: 5 Kota Terbaik di Dunia untuk Para Pencinta Kuliner, Tokyo Wajib Masuk Wishlist

Namun ada pertempuran yang berbeda terjadi di satu restoran Takadanoaba Tokyo Jepang yang baru-baru ini memberlakukan kebijakan baru.

Pelanggan dilarang menonton video di ponsel mereka saat makan.

Baca juga: Panduan Buat Kamu yang Pertama Kali Liburan ke Jepang, Jangan Cuma Mengunjungi di Tokyo

Baca juga: Apartemen Tanpa Bak Mandi dan Shower Jadi Incaran Anak Muda Tokyo Jepang, Kok Bisa?

Aturan tersebut mulai berlaku bulan ini di Debu-chan, restoran ramen dengan kain merah yang tergantung di atas pintu masuknya.

Baca juga: 5 Pasar Natal Terbaik di Tokyo Jepang 2022, Bertabur Kuliner, Iluminasi hingga Dekorasi Unik

Pemiliknya, Kai, men-tweet tentang memasang aturan dilarang menonton video sambil makan Kamis lalu, dan sekarang telah memutuskan untuk melanjutkan ide tersebut.

Dilansir dari soranews, ada dua hal yang menyebabkan keputusan itu.

Pertama, Kai terganggu karena melihat pelanggan lebih fokus pada ponsel mereka daripada makanan mereka, meratapi mie menjadi lembek jika tidak dimakan dengan cepat.

“Sangat menyakitkan bagi saya melihat ramen yang saya buat dengan jiwa saya hancur tepat di depan mata saya,” katanya.

Alasan kedua lebih praktis.

Seperti banyak restoran ramen, Debu-chan tidak memiliki kapasitas tempat duduk yang sangat besar, dan cukup populer sehingga orang sering mengantri di luar dan menunggu tempat duduk dibuka.

“Pasti sulit bagi orang-orang yang menunggu untuk melihat orang-orang yang duduk sebelum mereka bersantai dengan video,” imbuh Kai.

Kebijakan tanpa video dipercaya dapat mempercepat proses masuk dan keluar pelanggan sehingga orang lain kemudian dapat mengambil tempat mereka.

Larangan menonton video Debu-chan telah memicu perdebatan, karena menyentuh sejumlah nilai budaya dan norma masyarakat Jepang.

Jepang, pada umumnya, memiliki tingkat penghormatan yang tinggi terhadap makanan dan koki, dan mengosongkan meja tepat waktu saat orang lain sedang menunggu tempat duduk dianggap sopan santun, terutama saat makan siang atau makan malam terburu-buru di kota-kota besar seperti Tokyo.

Halaman
12