Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mengenal Abdi Dalem Keraton Surakarta, Wujud Kesetiaan dan Ketulusan dalam Mengabdi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret para abdi dalem Keraton Surakarta yang hadir dalam perayaan Grebeg Maulid Nabi, Selasa (20/11/2018).

Boyong, dalam Bahasa Jawa berarti pindah tempat tinggal.

Sedangkan kedaton dalam Bahasa Jawa berarti kerajaan atau singgasana.

Nah, keberadaan Bregodo dalam Kirab Boyong Kedataon merupakan interpretasi pasukan yang hingga kini setia menemani perjalanan Keraton Surakarta.

Kehadiran Bregodo selalu menarik perhatian karena seragam yang dikenakannya beraneka warna, sesuai dengan kesatuan masing-masing.

Ada yang mengenakan seragam merah, hijau, biru dan hitam dengan bagian bawah selalu ditutupi kain batik bermotif tertentu.

Dalam sejarahnya, pada kerajaan Mataram, prajurit keraton ini memang menjadi semacam angkatan bersenjata milik keraton.

Baik pada era sebelumnya, era Keraton Kota Gede, Keraton Plered (Bantul, Jogja), Keraton Kartasura (1703-1745) hingga pindah ke Keraton Surakarta, Bregodo memang menjadi sistem pertahanan keraton yang sangat diandalkan.

Kehadiran prajurit Keraton Surakarta saat Gelaran Kirab Boyong Kedaton yang berlangsung pada Jumat (17/2/2023) dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-278 Kota Solo. (TribunTravel/Yurokha)

Sebagai prajurit perang kala itu, Bregodo juga dibekali berbagai kemahiran penggunaan senjata seperti tombak, pedang dan panah.

Di era kini, atraksi budaya yang melibatkan Bregodo tentu menarik untuk disaksikan.

Bukan tentang kemahiran berperang pada masa dulu, tapi sebagai simbol serta pegiat budaya yang masih lestari.

Setiap event budaya atau upacara adat yang digelar di Keraton Surakarta Hadiningrat, Bregodo selalu dilibatkan.

Atraksinya juga menarik wisatawan yang datang ke keraton.

Keberadaan Bregodo menjadi aset budaya dan wisata yang cukup unik dan menarik, terutama dalam mendatangkan turis-turis asing untuk berkunjung ke Solo.

Prajurit keraton sebagai bagian dari abdi dalem, hingga kini masih setia menemani keraton sebagai pusat budaya (supremasi budaya).

Anggota prajurit keraton, bila dilihat pada setiap upacara adat, rata-rata memang sudah sepuh.

Halaman
1234