Berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah, GWK Cultural Park populer dengan tebing-tebing kapur yang mengelilinginya.
Tebing-tebing kapur itulah yang sebelumnya menjadi lahan penambangan kapur liar.
Tak heran jika kawasan GWK Cultural Park memiliki udara yang cukup panas.
Namun GWK menawarkan pemandangan Bali dari ketinggian yang memanjakan mata.
Baca juga: 5 Hotel Murah di Nusa Dua, Dekat The Apurva Kempinski & Cocok untuk Liburan Usai KTT G20 di Bali
3. Punya sumber mata air
GWK Cultural Park memiliki sumber mata air yang disebut Parahyangan Somaka Giri.
Fenomena alam tersebut dianggap keajaiban karena sumber mata air tersebut tidak pernah kering dan muncul dari bukit kapur yang berada di daerah yang tinggi.
Konon mata air tersebut dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menyembuhkan penyakit.
Tak heran jika banyak orang yang berdoa di Parahyangan Somaka Giri.
Kendati demikian, Parahyangan Somaka Giri tidak boleh dikunjungi perempuan yang sedang datang bulan.
Baca juga: Jelang Puncak Kepulangan Pesawat Delegasi KTT G20, Kemenhub Lakukan Pengaturan Penerbangan
4. Venue terluas di GWK
GWK Cultural Park memiliki lorong besar dengan pilar batu kapur dan membentuk ruangan yang disebut Lotus Pond.
Lotus Pond adalah salah satu tempat utama di Taman Budaya GWK yang membentang luas dengan dibatasi oleh dinding batu kapur di sisi kanan dan kirinya.
Dengan kapasitas mencapai 7.500 orang, Lotus Pond kerap menjadi pilihan lokasi konser dan acara kelas dunia.
Tak heran jika Lotus Pond akhirnya dipilih sebagai lokasi welcoming dinner delegasi KTT G20.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Momen Presiden Perancis Emmanuel Macron Jalan Kaki dan Gendong Bayi Usai Gala Dinner G20 di GWK Bali.