TRIBUNTRAVEL.COM - Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 akan berlangsung di kawasan Nusa Dua, Bali, Indonesia.
KTT G20 akan menjadi pertemuan ketujuh belas Kelompok Duapuluh pertengahan bulan November mendatang.
KTT G20 tersebut dijadwalkan akan berlangsung pada 15 hingga 16 November 2022.
Dalam gelaran KTT G2O kali ini pemerintah setempat mengeluarkan kebijakan.
Baca juga: Bandara Ngurah Rai saat KTT G20: Bakal Beroperasi 24 Jam & Penerbangan Dibatasi
Salah satu kebijakannya yaitu pengangkut sampah kiriman di pantai Bali akan dihentikan sementara, selama agenda KTT G20 berlangsung.
Selama pelaksanaan KTT G20 di Bali penanganan sampah kiriman berupa ranting, batang pohon, di kabupaten Badung tidak akan beroperasi.
Tonton juga:
Dilansir TribunTravel dari TribunBali.com, Selasa (1/11/2022), penghentian sementara pengangkut sampah kiriman dilakukan sesuai aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dalam Rangka Penyelenggaraan Presidensi G20.
Seperti diketahui, pada musim angin barat, sampah kiriman dari pantai rutin diangkut.
Sampah yang ada di pantai bahkan bisa mencapai puluhan ton saat diangkat.
Penanganan sampah kiriman di tahun 2022 umumnya masih sama dengan sebelumnya kata DLHK Badung, Anak Agung Gede Agung Dalem.
Rutinitas kegiatan membersihkan sampah di pantai tersebut sering dilakukan selama musim angin barat.
Saat dikonfirmasi Senin 30 Oktober 2022, Agung Dalem mengatakan untuk penangan tahun ini akan diangkut dan diolah TPST Samtaku Jimbaran.
Sampah tersebut nantinya akan diolah menjadi karbon aktif di TPST Samtaku.
Namun sebelum diangkut, sampah akan ditemoatkan di Stop Over (STO) sementara.
Menurut DLHK Badung, Anak Agung Gede Agung Dalem, akan diupayakan untuk mengosongkan STO dalam penganganan sampah kiriman.
Aktivitas pengangkutan sampah nantinya akan terhenti selama KTT G20 berlangsung.
Dalam Surat Edaran Gubernur Bali 35425/SEKRET/2022 pasalnya seluruh aktivitas di Badung Selatan akan dibatasi.
Baca juga: KTT G20 Beri Berkah bagi Pelaku Pariwisata di Bali, Okupansi Hotel Meningkat
DLHK Badung, Anak Agung Gede Agung Dalem mengatakan akan menimbun sementara di STO, sebab jalur pengangkut sampah digunakan untuk akses G20.
Agung Dalem menjelaskan mengenai pembersihan pantai kiriman, setiap harinya petugas kebersihan akan menyebar ke seluruh pantai dari Cemagi sampai Kuta.
Untuk mengatasi sampah kiriman di pantai, DLHK Badung telah menyiapkan empat loader, satu ekskavator, 40 truk, dan 300 orang petugas kebersihan.
Selain menghentikan sementara aktivitas pengangkut sampah, warga Bali juga siap batasi aktivitas di sekitar lokasi untuk mensukseskan agenda G20.
Warga Bali mendukung pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan dilaksanakan pada 15-16 November mendatang.
Warga Bali yang terkenal ramah, rela untuk tidak beraktivitas di sekitar lokasi pelaksanaan KTT di Nusa Dua demi kelancaran dan kesuksesan ajang tertinggi forum G20 tersebut.
“Kami senang. KTT G20 ini untuk kepentingan Indonesia. Terutama karena denyut perekonomian Bali dari pariwisata. Kedatangan tamu negara akan menghidupkan kembali pariwisata Bali yang sempat terpukul karena pandemi Covid-19,” kata Yan Ferry, warga Banjar Penyarikan, Nusa Dua, Bali, akhir pekan lalu, dikutip dari siaran pers resmi Kemenparekraf.
Baca juga: KTT G20 di Bali: Pembatasan Penerbangan hingga Jam Operasional Bandara Ngurah Rai Jadi 24 Jam
Ferry mengungkapkan warga Nusa Dua sudah terbiasa membatasi diri demi kelancaran sebuah acara.
“Tahun lalu ada acara besar. Saya lupa namanya. Pantai steril. Juru desa memberi imbauan agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar pantai,” kata pria yang rumahnya berjarak tiga kilometer dari lokasi KTT.
Pemerintah melalui Gubernur Bali Wayan Koster akan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dan sekolah daring saat acara puncak KTT G20.
Kebijakan itu berlaku hanya untuk wilayah Denpasar dan Kabupaten Badung yang juga melingkupi kawasan Nusa Dua.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya meminta Pemprov Bali untuk mengurangi mobilitas masyarakat selama penyelenggaraan KTT G20.
Menurut Luhut, dengan menerapkan kebijakan WFH dan sekolah daring saat KTT G20, mobilitas masyarakat Bali berkurang dan berimbas penekanan potensi kemacetan dan kepadatan lalu lintas untuk kenyamanan penyelenggaraan acara.
Sesuai dengan anjuran itu, warga Denpasar juga memilih untuk tidak beraktivitas ke lokasi yang rutenya bersinggungan dengan lalu lintas yang dilewati peserta KTT G20.
Alasannya agar tidak mengganggu keberlangsungan acara KTT G20.
Baca juga: Bandara Soekarno-Hatta Sediakan Fasilitas Khusus untuk Sambut Delegasi G20
“Saya pribadi lebih memilih untuk beraktivitas di rumah. Karena kalau ada acara seperti ini biasanya ada jalan yang pada jam tertentu tidak boleh dilewati. Saya lebih baik di rumah,” kata Wardatul Jannah, warga Denpasar pengusaha Sambal Khas Bali, Sambal M3.
(TribunTravel.com/KurniaHuda)
Baca artikel lainnya seputar KTT G20 di sini
Baca juga: Banjir Melanda Bali di Tengah Persiapan KTT G20, Sandiaga Uno Harap Semua Bisa Dimitigasi & Diatasi