"Apa yang lebih berharga, seni atau kehidupan?" salah satu aktivis mengatakan dalam sebuah video yang diposting.
"Apakah itu lebih berharga daripada makanan? Lebih dari keadilan? Apakah Anda lebih peduli tentang perlindungan lukisan atau perlindungan planet dan orang-orang kita?" ungkapnya.
Aktivis melanjutkan, "Krisis biaya hidup adalah bagian dari biaya krisis minyak, bahan bakar tidak terjangkau bagi jutaan keluarga yang kelaparan dan kedinginan."
"Mereka bahkan tidak mampu memanaskan sekaleng sup," tuturnya.
Baca juga: Viral di Medsos, Lukisan Terbaru SBY yang Terinspirasi dari Pantai Pacitan
Polisi kemudian menangkap kedua aktivis karena kerusakan kriminal dan pelanggaran berat, menurut The Guardian.
Enam jam kemudian, lukisan itu dibersihkan dan kembali dipajang.
Banyak aktivis telah menempelkan diri pada karya seni terkenal untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya perubahan iklim.
Pada 9 Oktober, dua pemrotes perubahan iklim dari kelompok Extinction Rebellion menempelkan tangan mereka ke lapisan pelindung yang menutupi "Massacre en Corée" (Pembantaian di Korea) karya Pablo Picasso.
Pada bulan Juli, pengunjuk rasa Just Stop Oil menempelkan diri pada salinan The Last Supper karya Leonardo da Vinci di Royal Academy of Arts London.
Pada tahun 2019, serangkaian penelitian yang diterbitkan di Nature and Nature Geoscience mengklaim bahwa kenaikan suhu di sekitar planet ini selama 150 tahun terakhir adalah bagian dari siklus normal di alam dan bahwa tidak ada keraguan bahwa manusia berperan dalam perubahan iklim.
Baca juga: Lagi Bosan, Penjaga Keamanan Rusak Lukisan Senilai Rp 14,3 Miliar di Hari Pertamanya Bekerja
(TribunTravel.com/mym)
Baca selengkapnya soal artikel viral di sini.
Baca tanpa iklan