Seperti yang dikatakan legenda Laos setempat, guci-guci itu dibuat oleh Khun Cheung, seorang raja raksasa kuno yang tinggal di dataran tinggi.
Dikatakan bahwa Cheung menciptakan guci untuk menyeduh anggur beras lao-lao dalam jumlah besar sebagai perayaan.
Hal itu dilakukan setelah berjuang dalam pertempuran yang panjang dan penuh kemenangan.
Baca juga: Bukan Buah Langka, Mangga di Jepang Ini Dijuluki Termahal di Dunia, Harganya Capai Rp 56,2 Juta
Plain of Jars menerima perhatian Barat yang relatif sedikit sampai tahun 1930-an, ketika arkeolog Prancis Madeleine Colani mulai mensurvei daerah tersebut.
Laporan sebelumnya tentang guci telah menyebutkan adanya barang-barang seperti manik-manik akik, perhiasan dan kapak.
Namun sayang, situs tersebut sebagian besar dijarah pada saat Colani tiba.
Colani lantas menemukan sebuah gua di dekatnya yang menampung sisa-sisa manusia, seperti tulang dan abu yang terbakar, membuatnya percaya bahwa guci digunakan sebagai tempat pemakaman bagi para kepala suku.
Colani menggali artefak, beberapa di antaranya bertanggal antara 500 SM dan 800 M, dan menerbitkan temuannya di The Megaliths of Upper Laos.
Meskipun dataran Xieng Khouang tetap menjadi lokasi pusat guci, gugusan serupa dapat dihubungkan untuk membentuk jalur linier sampai ke India utara.
Adanya gugusan guci serupa di bagian lain Asia juga memunculkan kepercayaan bahwa guci merupakan bagian dari jalur perdagangan besar.
Beberapa peneliti percaya bahwa guci-guci itu menampung air hujan monsun untuk digunakan para pelancong karavan selama musim kemarau.
Pelancong akan menggunakan air dan kemudian meninggalkan tasbih atau sesaji di dalam toples, sehingga menjelaskan penampakan perhiasan dan berbagai macam barang sebelumnya.
Meskipun pengelola Plain of Jars sedang mengajukan status sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, daerah tersebut masih tetap menjadi salah satu situs arkeologi paling berbahaya di dunia.
Ribuan bom yang belum meledak tersisa dari Perang Rahasia tahun 1960-an, dan beberapa dari senjata tersebut masih menyebabkan cedera hingga hari ini.
Dengan demikian, hanya ada beberapa situs yang terbuka untuk pengunjung, sementara sejumlah organisasi bekerja untuk menghilangkan bahan peledak dan mengajukan permohonan dana lebih banyak.
Baca juga: Viral YouTuber Mengayuh Sepeda Melewati Jembatan Eshima Ohashi Jepang yang Terkenal Ekstrem
(TribunTravel.com/mym)
Baca selengkapnya soal artikel viral di sini.
Baca tanpa iklan