Pada 17 Juli, Kementerian Kebudayaan secara resmi meningkatkan kapasitas harian sebanyak 1.000 orang.
Dalam sebuah pernyataan Facebook, dikatakan "Keputusan ini mempertimbangkan konservasi properti untuk menghindari kerusakan yang tidak dapat diperbaiki yang membahayakan nilai universal yang luar biasa, mengikuti rekomendasi dari UNESCO."
Menteri perdagangan luar negeri dan pariwisata Peru, Roberto Sanchez Palomino, kemudian menuliskan tweet yang mengatakan bahwa jumlah pengunjung akan lebih ditingkatkan menjadi 5.044 per hari, tetapi tiket tambahan ini belum terwujud.
Sebagai tanggapan, penduduk setempat yang frustrasi mengumumkan bahwa mereka akan mogok.
Benteng ini dibangun pada abad ke-15 sebagai tempat perlindungan agama bagi suku Inca di ketinggian 2.490 meter.
Pada 2018, Machu Picchu sukses menarik 1,5 juta pengunjung.
PBB telah menggambarkannya sebagai "mungkin ciptaan perkotaan yang paling menakjubkan dari Kekaisaran Inca pada puncak kejayaannya".
Baca juga: 5 Fakta Unik Mona Lisa, Lukisan Bersejarah yang Paling Terkenal di Dunia
Dampak Kebakaran Hutan di Peru Ancam Keberadaan Machu Picchu
Kebakaran hutan di Peru mengancam akan menelan Machu Picchu, sebuah reruntuhan kuno Inca yang sangat terkenal.
Pembakaran pertanian di daerah Pegunungan Andes menjadi pemicunya, yang pada akhirnya mengancam keberadaan Machu Picchu.
Bencana ini tentu menjadi sorotan banyak pihak, mengingat status Machu Picchu sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Melansir laman Insider, kebakaran hutan di Pegunungan Andes dimulai pada Selasa (28/6/2022) pekan lalu.
Baca juga: Menilik Gerbong Bersejarah Peninggalan Pakubuwono X di Alun-alun Kidul Keraton Surakarta
Petugas pemadam kebakaran setempat tengah berjuang ekstra keras untuk memadamkan api.
Sejauh ini, kebakaran telah menelan sekira 49 hektare tanah, ungkap Wali Kota Cusco.
Roberto Abarca, direktur manajemen risiko dan kantor keamanan Cusco, mengatakan bahwa api sulit dipadamkan karena lokasinya sangat terpencil.