Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Tantangan Penerbangan: Cara Pilot Terbangkan Pesawat saat Langit Berkabut Tebal

Penulis: Nurul Intaniar
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pilot saat menerbangkan pesawat. Beginilah yang dilakukan pilot saat menerbangkan pesawat apabila kondisi langit sedang berkabut tebal.

TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap kru kabin maupun penumpang pasti menginginkan penerbangan yang dilakukan berjalan aman dan lancar.

Akan tetapi tidak ada yang tahu bagaimana kondisi cuaca ketika penerbangan berlangsung.

Ilustrasi pesawat yang sedang mengudara. (Unsplash/photosbysamuelhb)

Terkadang, ketika penerbangan bisa saja langit menjadi berkabut tebal yang menyebabkan kondisi visitabilitas rendah.

Hal itu tentu menjadi tantangan bagi pilot agar bisa menerbangkan pesawat dengan aman dan selamat sampai di bandara tujuan.

Baca juga: Pilot Tulis Surat untuk Peri Gigi setelah Bocah 6 Tahun Kehilangan Giginya di Pesawat

Ternyata langit yang berkabut tebal bisa berdampak pada operasi taxi, lepas landas pesawat, dan pendaratan pesawat.

Lalu, bagaimana prosedur yang digunakan dalam industri penerbangan untuk memastikan penerbangan tetap aman dalam cuaca berkabut?

Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, kabut adalah suspensi tetesan mikroskopis air.

Ini mungkin mencakup area yang luas atau membentuk tambalan terputus-putus di lapangan terbang.

Dalam industri penerbangan, jika kondisi seperti itu mengakibatkan visibilitas horizontal kurang dari sekira 3.281 kaki (1.000 meter), maka kabut berkontribusi pada visibilitas rendah.

Sedangkan apabila langit berkabut tebal itu cukup menjadi tantangan berat bagi pilot karena bisa menjadi kesulitan tersendiri untuk memastikan posisi pesawat di lapangan terbang.

Pilot mungkin tidak dapat melihat semua penerangan landasan pacu dan pengontrol menara mengalami tantangan visibilitas rendah yang sama seperti pilot.

Dalam skenario ini, kecepatan taxiing dikurangi untuk memastikan bahwa pesawat tetap berada di jalur yang benar.

Selain itu, ketika pilot tidak yakin dengan posisinya di bandara, mereka mungkin perlu menghentikan pesawat dan memeriksa dengan kontrol darat.

Ilustrasi langit yang berkabut. (pexels.com)

Tantangan kabut saat lepas landas dan mendarat

Menariknya, kabut tidak memberikan banyak kesulitan saat pesawat terbang di ketinggian tertentu.

Menurut laporan Simple Flying, kontrol lalu lintas udara mampu memantau sinyal radar yang mendeteksi pesawat bergerak dan memberikan arah.

Baca juga: Rahasia Penerbangan: Pilot Dapat Tinggalkan Kokpit Saat Penerbangan Berlangsung, Ini Syaratnya

Baca juga: Bolehkah Pilot Meninggalkan Kokpit di Tengah Penerbangan?

Sedangkan bandara menyediakan titik data tentang visibilitas minimum yang diperlukan untuk berangkat, yang disebut takeoff minima.

Maskapai juga mungkin memiliki minima mereka sendiri, yang mungkin dipengaruhi oleh jenis pesawat yang diterbangkan dan peralatan yang tersedia.

Minimum lepas landas ditentukan oleh pengukuran di titik touchdown, titik tengah, dan titik akhir di landasan pacu, di mana sensor mengukur visibilitas.

Kumpulan tiga titik data ini disebut sebagai Runway Visual Range, atau "RVR."

Jika ketiga angka tersebut memenuhi minimum lepas landas, pesawat dapat lepas landas.

Seperti minimum lepas landas, ada juga standar minimum untuk pendekatan.

Salah satu kategori pendekatan presisi menggunakan Instrument Landing System (ILS), di mana pesawat mendeteksi sinyal yang diproyeksikan dari landasan pacu dan menampilkannya di layar dek penerbangan.

Sinyal ini sangat akurat dan, karenanya, andal digunakan dalam kabut tebal.

Operasi pendekatan presisi ditentukan menurut Ketinggian Keputusan yang berlaku, diukur di permukaan tanah, Ketinggian Keputusan, diukur di atas permukaan laut rata-rata, dan data RVR.

Ilustrasi pilot menerbangkan pesawat (Flickr/eflon)

Dalam pendekatan Kategori I, pendekatan ILS normal, baik Ketinggian Keputusan atau Ketinggian Keputusan dapat digunakan.

Minimum vertikal diukur dengan mengacu pada altimeter barometrik.

Untuk pendekatan Kategori II dan III, diperlukan tingkat presisi yang lebih tinggi.

Ketinggian Keputusan dengan mengacu pada radio altimeter, yang mengukur ketinggian pesawat di atas medan tepat di bawahnya, digunakan untuk mengukur minimum vertikal.

Awak pesawat mengawasi kondisi cuaca di tempat tujuan, sehingga jika informasi yang tersedia menunjukkan bahwa akan ada kondisi berkabut menunggu penerbangan, idealnya ada cukup waktu untuk merencanakan.

Sebagai upaya terakhir, penerbangan dapat dialihkan ke bandara lain untuk mendarat jika ada keadaan cuaca buruk di bandara tujuan.

(TribunTravel.com/Nurul Intaniar)

Kumpulan artikel penerbangan

Baca juga: Pilot dan Pramugari Punya Sabuk Pengaman Berbeda dengan Penumpang, Mengapa?

Baca juga: Detik-detik Penjaga Pantai Selamatkan Pilot saat Kecelakaan Pesawat Jatuh ke Laut